KH. Syafi' Misbah Ahmad, Ulama Visioner Wafat di Tanah Suci

ayojatim.com

Oleh: Mochammad Fuad Nadjib

Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un

Baca juga: Khofifah Mengajak Para Guru TK Muslimat NU untuk Terus Produktif Mencerdaskan Generasi Bangsa

Telah berpulang ke rahmatullah, KH. Syafi’ Misbah Ahmad, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah yang berlokasi di Ketegan, Tanggulangi, Sidoarjo.

Ia wafat pada hari Jumat, 10 Dzulhijjah 1446 H, bertepatan dengan 6 Juni 2025 M, di Makkah Al-Mukarramah, setelah melaksanakan ibadah melempar jumrah 'aqabah. Selain itu, beliau juga menjabat sebagai Wakil Rais Syuriyah PCNU Sidoarjo.

Sosok Ulama Visioner

KH. Syafi' Misbah Ahmad dikenal sebagai seorang ulama visioner yang selalu memandang ke depan dengan optimisme tinggi, khususnya dalam pengabdiannya kepada Nahdlatul Ulama dan masyarakat luas.

Saya mengenal KH Syafi Misbah Ahmad melalui keluarga besarnya yang tinggal di sekitar Masjid Agung Sunan Ampel. Pada masa itu, saya menuntut ilmu di Lembaga Pengajaran Bahasa Arab Masjid Agung Sunan Ampel (LPBA MASA) Surabaya, di mana beliau memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan para pengurus masjid tersebut.

Syafi’ bin Misbah bin Ahmad, adalah paman dari KH. Nawawi Muhammad, tokoh takmir sekaligus nadzir Masjid Agung Sunan Ampel pada zamannya.

Pertemuan Kembali dan Dukungan yang Menguatkan

Saya kembali didekatkan dengan beliau pada tahun 2020, saat proses seleksi Kepala SMK Diponegoro Sidoarjo berlangsung. Waktu itu, beliau menjabat sebagai Ketua BPPNU Walisongo Sidoarjo dan SMK Diponegoro merupakan salah satu lembaga pendidikan di bawah naungan BPPNU Walisongo.

Meski sempat ragu dan menghadapi banyak penolakan, terutama dari dalam dan luar lembaga, beliau memberikan dorongan sangat kuat. Saat saya berpikir mengundurkan diri, saya sowan ke ndalem beliau, dan beliau berkata:

"Pak Fuad, sampean kan paham agama. Kalau orang perang lalu mundur, itu namanya apa?"
Saya menjawab, "Kh’in, Kiai." (, artinya orang yang berkhianat).
Beliau menimpali, "Sampean mau menjadi orang kh’in?"

Kata-kata beliau sangat menggugah hati saya, sehingga akhirnya saya mantap menerima amanah tersebut. Beliau juga menegaskan bahwa penolakan terhadap saya sama dengan penolakan terhadap keputusan BPPNU Walisongo dengan berkata:

"Kalau mau mengganti kepala sekolah, ya ganti dulu Ketua BPPNU Walisongo."

Baca juga: Haflah Akhirussanah SMA Islam Sidoarjo 2025: Wisuda oleh Orang Tua, Simbol Perjuangan dan Doa

Bimbingan Kepemimpinan dan Gagasan Visioner

Dalam masa kepemimpinan saya sebagai kepala sekolah, beliau banyak membimbing dan mengarahkan agar saya menjadi pemimpin yang baik. Beliau tidak membatasi ruang gerak saya untuk berpikir kreatif, inovatif, dan maju demi kemajuan lembaga.

KH. Syafi' Misbah Ahmad kerap mengemukakan gagasan out of the box yang pada awalnya seperti angan-angan, namun kini banyak yang telah terbukti benar dan diaplikasikan.

Di akhir masa jabatan sebagai Ketua BPPNU Walisongo, beliau berencana membentuk daycare, PAUD, TK, dan SD di setiap perumahan, dengan tujuan membentengi ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah di akar rumput, terutama bagi warga pendatang dan kaum pekerja yang sibuk.

Kenangan Berharga

Salah satu momen tak terlupakan adalah saat beliau bernazar mengumrahkan salah satu guru di lingkungan BPPNU Walisongo. Dalam acara serah terima jabatan yang diselingi undian, seorang guru terpilih namun kemudian berhalangan untuk melaksanakan ibadah umrah tanpa kejelasan.

Saya dipanggil ke pondok beliau, dan beliau memberikan sebuah map cokelat berisi uang yang diminta untuk saya sampaikan kepada kepala madrasah tempat guru tersebut mengajar.

Baca juga: Panji Sosrokartono, Kakak Kartini yang Menyala dalam Diam

Jika guru tersebut menolak, uang itu bisa digunakan oleh madrasah. Namun akhirnya, uang tersebut dikembalikan ke beliau, dan beliau mengajak saya berangkat umrah pada Ramadan 2023 menggunakan dana tersebut sebagai bentuk kepercayaan dan kepedulian beliau kepada saya.

Kesetiaan dan Totalitas dalam Ibadah

Saat memimpin jemaah umrah, beliau sangat totalitas. Tidak hanya memberikan arahan, beliau juga mendampingi jemaah secara langsung, meskipun dalam kondisi sakit kaki yang membuatnya berjalan terpincang-pincang. Bahkan di Makkah, beliau sering mengajak jemaah umrah hingga dua atau tiga kali dalam sehari.

Warisan dan Kenangan Abadi

Kini, kiai yang melayani umat dan penuh visi ini telah wafat. Beliau menginginkan wafat seperti gurunya, KH. Maimoen Zubair, yakni meninggal dan dimakamkan di Tanah Haram.

Dan doa serta keinginannya dikabulkan oleh Allah SWT. KH. Maimoen wafat saat ibadah haji di Makkah, demikian pula KH. Syafi’ wafat dalam rangkaian ibadah haji di Tanah Suci.

Warisan beliau berupa gagasan, keteladanan, dan pengabdian akan terus dikenang dan diperjuangkan oleh kita semua.

Editor : Alim Perdana

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru