60 Tahun Khofifah dan Masa Depan di Orbit Politik Nasional

ayojatim.com
Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute. foto: ayojatim.

HARI INI, Khofifah Indar Parawansa genap berusia 60 tahun. Ia sosok perempuan paripurna yang setia di jalan aktivisme. Jalan seorang atau sekelompok orang yang aktif dalam mendorong perubahan masyarakat melalui kegiatan organisasi Muslimat NU dan kegiatan pemerintahan. Namanya selalu berada di orbit aktivis perempuan sedari muda sampai sekarang.

Khofifah tercatat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU selama 25 tahun sejak 2000 sampai dengan 2025. Saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Pembina PP Muslimat NU. Juga sedang menjabat gubernur Jatim pada periode ke-2. Ia sosok pribadi yang lengkap sebagai aktivis sekaligus birokrat.

Baca juga: Beri Dua Anak Sapi, Gubernur Khofifah Wujudkan Cita-Cita Nanda

Selain sebagai gubernur Jawa Timur, Khofifah punya rekam jejak yang panjang di parlemen sebagai anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 1992-1998 dan dari Partai Kebangkitan Bangsa pada 1999-2006. Namun, di rentang waktu tersebut, ia pernah menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan/Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Kabinet Presiden Gus Dur pada 1999-2001.

Setelah dua kali kalah di laga Pilgub Jatim pada 2008 dan 2013 atas Pakde Karwo-Gus Ipul, Khofifah kembali dalam kabinet Presiden Jokowi setelah ikut mengantarkan sebagai Presiden ke-7. Jokowi mengangkatnya sebagai Menteri Sosial pada 2014-2018.

Jadi, selama meniti karier sebagai politikus perempuan berbakat, Khofifah lebih banyak di dalam pemerintahan daripada di luar pemerintahan. Ini terbukti dari rekam jejak selama 33 tahun terakhir, ia hanya berada di luar pemerintahan selama 5 tahun. Selebihnya, 28 tahun di dalam pemerintahan sebagai anggota parlemen atau anggota kabinet dan atau gubernur.

Khofifah ini politikus handal yang bisa memutarbalikkan keadaan. Pakde Karwo yang telah mengalahkannya dua kali Pilgub, pada Pilgub 2018 justru mendukung Khofifah-Emil melawan Gus Ipul-Puti yang merupakan trah besar di panggung gerakan politik nasional. Yaitu trah Kiai Bisri Syansuri dan Bung Karno. Pada Pilgub ke-3 ini, ia menang dan menjadi gubernur perempuan pertama dalam sejarah di Jatim.

Jauh sebelum Presiden Prabowo Subianto mendapat sokongan dari rival Pilpres dalam konteks nasional, dari Jokowi. Gubernur Khofifah terlebih dahulu mendapatkan dukungan dari rival Pilgub dalam skala regional, dari Pakde Karwo. Kedua pemimpin tersebut telah memberikan contoh yang baik bagaimana rivalitas politik tak menjadi halangan untuk bekerjasama setelah berkuasa.

Kalau tak ada tsunami politik, nampaknya karir politik Khofifah tak berakhir di Gedung Grahadi, tapi tetap berpotensi menjadi penghuni Istana Negara, baik sebagai Presiden atau Wakil Presiden. Para gurunya di NU telah membukakan jalan baginya untuk melanjutkan legacy Presiden Gus Dur atau Wakil Presiden Hamzah Haz atau Wakil Presiden Kiai Ma'ruf Amien.

Sesungguhnya, Khofifah punya peluang maju menjadi pemimpin nasional sejak Pilpres 2024 lalu. Tapi rupanya, peluang ini tak dimanfaatkan dan memilih untuk tetap menjadi gubernur Jatim. Ia mendukung pasangan Prabowo-Gibran. Dan ternyata ijtihad politiknya benar. Pasangan presiden yang didukung menang dan ia sendiri terpilih periode kedua sebagai gubernur Jatim.

Baca juga: Pemprov Jatim Bersinergi dengan ESQ Corp untuk Menguatkan Kompetensi ASN

Dari uraian di atas, Khofifah punya insting politik yang sangat baik. Ia punya kalkulasi politik yang cermat di tengah hiruk pikuk tiga Pilpres terakhir. Dalam menghadapi Pilpres 2029 dimana Prabowo sudah diusulkan oleh Gerindra maju periode ke-2, banyak prediksi muncul menyangkut kader NU tulen ini. Antara lain:

Pertama, Khofifah pada Pilpres 2029 berusia 64 tahun, usia yang relatif produktif secara politik untuk tampil sebagai alternatif kepemimpinan nasional. Sehingga, publik pasti akan mendorong ia tetap tampil sebagai calon atau pendukung demi basis konstituen yang telah dibina puluhan tahun. Ia akan mengkapitalisasi aspirasi konstituennya tersebut sebagai sarana perjuangan.

Kedua, langkah Khofifah hanya akan berakhir bila terjadi eskalasi kasus menyasar dirinya sebagai target. Walaupun dalam beberapa kasus yang menyeret-nyeret namanya, ia terbukti clear. Termasuk kasus yang ditangani oleh KPK. Dengan demikian, langkahnya sangat sulit untuk dicegah dan akan terus melaju menuju puncak kepemimpinan nasional.

Ketiga, bila Prabowo maju kembali, Khofifah lebih memilih mendukung Presiden 08. Ia lebih pas berikhtiar untuk menjadi calon wakil presiden sebagai representasi NU dan perempuan sekaligus layaknya Kamila Haris atas Presiden Joe Biden. Bila tidak, ia minimal akan masuk menjadi anggota kabinet Prabowo di periode ke-2.

Keempat, karena alasan tertentu Prabowo tak maju kembali, Khofifah akan lebih tepat untuk bertarung sebagai calon presiden. Ini mengingat pasca keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), bahwa partai politik apapun bisa mencalonkan pasangan presiden-wakil presiden. Rakyat pemilih akan mendapatkan alternatif pasangan calon yang banyak. Dan, Khofifah nantinya berpeluang menjadi salah satu dari sejumlah nama terkenal yang beredar dalam bursa capres atau cawapres.

Baca juga: Khofifah Mengajak Para Guru TK Muslimat NU untuk Terus Produktif Mencerdaskan Generasi Bangsa

Walhasil, bila kondisi politik seperti saat ini, Khofifah tidak akan mencalonkan diri menjadi presiden. Dia akan memilih setia di jalan Prabowo, terlepas dari posisinya sebagai pendamping atau pendukung. Yang pasti, ekspektasi politik tertingginya pada Pilpres mendatang yang tersedia hanya cawapres. Dan, posisi sebagai cawapres Prabowo ini akan diperebutkan oleh Gibran, AHY, Bahlil Lahadalia, Muhaimin Iskandar dan Zulkifli Hasan serta lainnya.

Selamat Milad ke-60 Khofifah Indar Parawansa, semoga panjang umur, sehat dan sukses selalu.

Moch Eksan

-Pendiri Eksan Institute
-Penulis Buku Prabowo Subianto Jenderal Penakluk Sejarah Presidensial

Editor : Diday Rosadi

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru