Membangun Jawa Timur Lebih Inklusif dan Sejahtera Untuk Rakyatnya

Reporter : Alim Perdana
Gedung Negara Grahadi. Foto/Alim Perdana

ADA SEBUAH kenyataan yang tak terbantahkan: Jawa Timur adalah jantung dari ekonomi Indonesia. Sebuah provinsi dengan sejarah panjang, berjuta potensi, dan juga tantangan yang tak bisa dianggap remeh. Provinsi ini, dengan segala keberagaman dan dinamika sosialnya, adalah miniatur Indonesia yang sesungguhnya.

Tetapi, apakah pembangunan di Jawa Timur sudah menjawab harapan masyarakat yang mendalam? Apakah setiap warga Jawa Timur merasakan hasil dari pertumbuhan ekonomi yang terus melesat?

Baca juga: Warga Jatim, Tahukah Anda Berapa Jumlah Kabupaten dan Kota di Jatim?

Sebelum menjawab itu, marilah kita sejenak menengok potret yang lebih besar, karena kita tidak hanya berbicara tentang angka-angka atau statistik yang menumpuk di meja pemerintah. Kita berbicara tentang manusia yang hidup di balik angka-angka tersebut. Manusia yang merasakan langsung dampak dari kebijakan-kebijakan yang ada.

Jawa Timur dan Potensi yang Tertinggal

Bukan rahasia lagi bahwa Jawa Timur memiliki potensi luar biasa. Sebagai salah satu provinsi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar di Indonesia, Jawa Timur seolah memiliki semua modal untuk sukses.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (2023) menunjukkan bahwa PDRB provinsi ini menyumbang hampir 14 persen terhadap perekonomian Indonesia. Pencapaian ini, tentu saja, membanggakan. Tetapi, jika kita hanya terpaku pada angka-angka ini, kita bisa terjebak dalam ilusi keberhasilan.

Kenapa demikian? Karena di balik angka-angka itu, masih ada gap besar yang harus dihadapi. Data menunjukkan bahwa meskipun sektor ekonomi tumbuh pesat, distribusi kekayaan tidak merata.

Pembangunan infrastruktur yang belum merata, pendidikan yang kualitasnya masih timpang di beberapa daerah, serta kesenjangan sosial yang menganga, adalah tantangan yang harus segera ditangani.

Seperti yang tercatat dalam laporan Dinas Pertanian Jawa Timur (2023), masih ada lebih dari 30 persen penduduk Jawa Timur yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian—sektor yang hingga kini seringkali terabaikan dalam kebijakan pembangunan.

Kita berbicara tentang sektor pertanian, yang sejatinya bisa menjadi sektor pilar. Tetapi, kita tahu bahwa sektor ini sering terjepit di antara kebutuhan ekonomi jangka pendek dan keberlanjutan jangka panjang.

Apa yang bisa kita lakukan untuk memanfaatkan sektor pertanian ini secara lebih bijaksana, berbasis pada teknologi yang ramah lingkungan? Apa yang bisa kita lakukan agar petani tidak hanya menjadi buruh di ladang mereka sendiri, tetapi juga pemilik masa depan mereka?

Pendidikan: Kunci untuk Meretas Jalan

Pendidikan di Jawa Timur adalah kunci utama untuk menembus batas kemiskinan struktural. Dengan lebih dari 40 juta penduduk, Jawa Timur membutuhkan tenaga kerja yang tidak hanya terampil, tetapi juga cerdas dan berwawasan. Dalam hal ini, kualitas pendidikan menjadi tantangan terbesar.

Meskipun banyak daerah yang telah memiliki akses pendidikan yang lebih baik, kualitasnya belum bisa diandalkan untuk menyiapkan generasi yang kompetitif di tingkat global.

Dinas Pendidikan Jawa Timur (2023) melaporkan bahwa meskipun angka melek huruf meningkat, kualitas pendidikan di daerah-daerah tertentu masih sangat rendah. Ini menjadi ironis jika kita membandingkannya dengan daerah-daerah lain yang sudah lebih maju.

Lalu, bagaimana cara kita untuk menanggulangi ketimpangan ini? Kita perlu menciptakan pendidikan yang lebih relevan dengan dunia industri dan perkembangan teknologi, namun tetap berakar pada nilai-nilai kebajikan.

Pariwisata: Tidak Hanya Tentang Angka Kunjungan

Sektor pariwisata adalah sektor yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Alam Jawa Timur, dari Bromo hingga Ijen, adalah ladang yang bisa membawa provinsi ini lebih dikenal di dunia internasional. Tetapi, mengapa kita masih kesulitan untuk menjadikan pariwisata sebagai pilar ekonomi yang berkelanjutan?

Baca juga: Mengenal Jawa Timur: Geografi, Demografi, dan Perekonomian

Data dari Dinas Pariwisata Jawa Timur (2023) menunjukkan bahwa meskipun jumlah wisatawan meningkat, keuntungan yang dirasakan oleh masyarakat lokal sangat sedikit. Mengapa ini bisa terjadi? Karena pengelolaan pariwisata sering kali lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek, bukan keberlanjutan.

Jawa Timur bisa lebih dari sekadar destinasi wisata. Jawa Timur harus menjadi contoh bagaimana pariwisata bisa membawa manfaat sosial dan ekonomi yang merata, bukan hanya bagi para pengusaha besar, tetapi juga untuk masyarakat lokal yang berada di sekitar destinasi wisata.

Pariwisata yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat lokal, serta menjaga kelestarian alam, adalah kunci untuk memaksimalkan potensi sektor ini.

Mengapa Infrastruktur Harus Lebih dari Sekadar Fisik

Infrastruktur di Jawa Timur—baik itu jalan tol, pelabuhan, atau bandara—memang terus berkembang. Tetapi kita tahu bahwa infrastruktur bukan hanya soal jalan raya atau gedung-gedung megah. Infrastruktur digital juga sangat penting.

Data dari Bappeda Jawa Timur (2023) menunjukkan bahwa walaupun infrastruktur fisik cukup berkembang, tetapi akses internet yang merata di seluruh provinsi ini masih jauh dari harapan. Ini menjadi tantangan besar di era digital yang serba terhubung.

Tanpa infrastruktur digital yang memadai, maka semua potensi ekonomi, pendidikan, dan pariwisata yang kita bicarakan akan terhambat.

Rekomendasi ICMI: Mewujudkan Jawa Timur Emas 2045

ICMI Jawa Timur mengajukan beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat untuk membangun provinsi ini menuju cita-cita besar di tahun 2045:

Baca juga: Fikri Alvirhino Sebut Jawa Timur Siap Jadi Gerbang Baru Nusantara

1. Peningkatan Infrastruktur Digital: Penyediaan akses internet yang merata akan membuka peluang bagi sektor pendidikan, kesehatan, hingga industri kreatif.

2. Pengembangan Pendidikan Vokasi: Menyediakan lebih banyak pelatihan keterampilan yang langsung dapat diserap oleh industri, serta menumbuhkan karakter yang kuat di kalangan generasi muda.

3. Pertanian yang Ramah Lingkungan: Mendorong teknologi dalam sektor pertanian yang berkelanjutan, dan memperhatikan kesejahteraan petani.

4. Pariwisata Berkelanjutan: Mengelola sektor pariwisata dengan mengutamakan pemberdayaan masyarakat lokal dan kelestarian alam.

Visi Jawa Timur Emas 2045 bukan sekadar mimpi. Ini adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama.

Dengan memanfaatkan potensi besar yang ada, sambil mengatasi tantangan-tantangan yang ada, Jawa Timur dapat menjadi contoh provinsi yang tidak hanya maju, tetapi juga adil, inklusif, dan sejahtera untuk seluruh rakyatnya.

Semua ini bisa terwujud, jika kita berpikir jauh ke depan dan bergerak bersama, dengan hati yang penuh keyakinan.

Penulis: Ulul Albab
Akademisi Unitomo Surabaya
Ketua ICMI Jawa Timur

Editor : Alim Perdana

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru