Momentum Hari Santri 2025, Ning Dini Dorong Kesetaraan Kesejahteraan Guru Madrasah dengan Sekolah Umum

Anggota DPR RI Komisi VIII, Hj. Dini Rahman ia atau Ning Dini. Foto: FJN
Anggota DPR RI Komisi VIII, Hj. Dini Rahman ia atau Ning Dini. Foto: FJN

PASURUAN – Peringatan Hari Santri Nasional 2025 menjadi momentum refleksi atas peran besar kaum santri dalam sejarah bangsa. Tak hanya sebagai penjaga spiritualitas dan moralitas, santri juga berperan penting dalam membangun karakter nasional yang berlandaskan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.

Dengan mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”, Hari Santri tahun ini menegaskan kembali komitmen santri sebagai garda moral bangsa.

Di tengah semangat itu, Anggota DPR RI Komisi VIII, Hj. Dini Rahmania, menyerukan pentingnya perhatian serius negara terhadap kesejahteraan guru madrasah dan tenaga pengajar di lembaga pendidikan Islam.

“Kami berharap guru madrasah mendapatkan hak yang setara dengan guru di sekolah umum. Karena mereka sama-sama berjuang mencerdaskan bangsa,” tegas Ning Dini, legislator Partai NasDem dari Dapil Jawa Timur II (Pasuruan–Probolinggo).

Suara dari Daerah: Guru Madrasah Masih Tertinggal

Dalam masa resesnya di wilayah Pasuruan dan Probolinggo, Ning Dini banyak menerima aspirasi dari masyarakat terkait persoalan kesejahteraan guru madrasah.

Ia menyebut, masih banyak guru madrasah swasta yang hanya menerima insentif sekitar Rp250 ribu per bulan, bahkan ada yang lebih rendah. Kondisi ini, menurutnya, jauh dari kata layak dan tidak sebanding dengan dedikasi mereka.

Selain soal insentif, Ning Dini juga menyoroti lambannya proses pengangkatan guru madrasah menjadi ASN atau P3K di bawah Kementerian Agama.

“Di sekolah umum, proses P3K berjalan relatif lancar. Tapi di madrasah swasta sering terhambat. Ini harus menjadi perhatian serius pemerintah,” ujarnya.

Perjuangan di Senayan untuk Pendidikan Islam

Sebagai anggota Komisi VIII DPR RI yang bermitra dengan Kementerian Agama, Ning Dini berkomitmen untuk terus memperjuangkan kebijakan yang berpihak pada pendidikan Islam.

Ia menilai, madrasah dan pesantren telah terbukti menjadi benteng karakter bangsa, namun kerap luput dari perhatian negara dalam hal dukungan finansial dan kebijakan.

“Madrasah dibangun dengan semangat gotong royong dan keikhlasan. Negara harus hadir, tidak hanya menghormati guru secara moral, tapi juga menghargai mereka secara ekonomi,” tegasnya.

Apresiasi Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2025

Perjuangan Ning Dini tak luput dari perhatian publik. Dalam rangkaian kegiatan Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi) di Pasuruan, Selasa (21/10/2025), ia menerima penghargaan Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2025 dari Forum Komunikasi Jurnalis Nahdliyin (FJN).

Ketua Umum FJN, Muhamad Didi Rosadi, menyebut penghargaan itu diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Ning Dini memperjuangkan kesejahteraan guru madrasah dan peningkatan mutu pendidikan Islam.

“Data riset BRIN 2024 menunjukkan rata-rata pendapatan guru madrasah swasta masih di bawah 40ri standar gaji guru negeri. Upaya seperti yang dilakukan Ning Dini sangat penting untuk menutup kesenjangan ini,” jelasnya.

Merespons penghargaan tersebut, Ning Dini mengaku terharu dan bertekad melanjutkan perjuangan.

“Saya merasa tersanjung, tapi ini bukan akhir. Penghargaan ini pengingat bahwa perjuangan belum selesai. Guru madrasah, santri, dan lembaga pendidikan Islam harus terus diperjuangkan agar setara dan sejahtera,” pungkasnya.

Editor : Amal Jaelani