Spanyol, Palestina, dan Inspirasi bagi Indonesia

Oleh Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur

SIKAP Spanyol terhadap Israel dalam beberapa bulan terakhir menimbulkan perhatian luas. Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, hari-hari ini tidak hanya mengkritik keras operasi militer Israel di Gaza, bahkan melangkah lebih jauh dengan menyebutnya sebagai tindakan “genosida.”

Di saat sebagian besar negara Eropa masih ragu-ragu, Madrid memilih retorika yang tajam disertai langkah konkret, yaitu: pengakuan terhadap negara Palestina, embargo senjata total ke Israel, serta pembatasan akses bagi kapal atau pesawat yang membawa bahan bakar dan logistik militer untuk Tel Aviv.

Langkah Spanyol ini menjadikannya negara Eropa Barat paling vokal dalam membela Palestina. Bagi sebagian kalangan, keputusan tersebut dianggap sebagai keberanian moral di tengah tragedi kemanusiaan. Namun bagi pihak lain, sikap itu dinilai penuh risiko, dan bisa merusak hubungan Spanyol dengan sekutu tradisionalnya di Barat.

Rakyat Spanyol Dukung Palestina Merdeka

Tidak bisa dipungkiri, sikap pemerintah Spanyol berakar dari kuatnya simpati publik terhadap Palestina. Sejak intensitas konflik meningkat, demonstrasi besar pro-Palestina berlangsung di Madrid, Barcelona, hingga Bilbao. Survei memperlihatkan mayoritas masyarakat menuntut penghentian serangan Israel dan mendukung upaya pengakuan Palestina.

Secara politik, Perdana Menteri Sánchez memperoleh dukungan penuh dari partai-partai kiri, seperti Sumar dan Podemos, yang sejak lama menempatkan isu Palestina dalam agenda ideologisnya. Tapi, oposisi dari Partai Rakyat (PP) dan Vox menuduh pemerintah mengorbankan kepentingan diplomatik demi keuntungan politik domestik.

Namun sikap oposisi itu tidak berpengaruh signifikan. Di hadapan rakyatnya yang progresif, sikap tegas terhadap Israel memperkuat citra Sánchez sebagai pemimpin yang berani melawan arus.

Spanyol Lebih Konsisten dari Negara Eropa Lainya

Dibandingkan negara Eropa lain, Spanyol tampil paling konsisten. Bersama Irlandia dan Norwegia, Spanyol bahkan telah mengakui Palestina sebagai negara pada Mei 2024 lalu. Jerman dan Prancis lebih berhati-hati. Jerman, dengan sejarah Holocaust, cenderung enggan menggunakan istilah keras terhadap Israel, sedangkan Prancis memilih jalan diplomasi seimbang. Italia dan Hungaria bahkan lebih condong mendukung posisi Israel.

Perbedaan sikap ini menunjukkan belum adanya konsensus di Uni Eropa. Meski ada wacana untuk meninjau ulang perjanjian asosiasi dengan Israel, langkah sanksi kolektif masih sulit tercapai. Dalam konstelasi ini, Spanyol berperan sebagai motor penggerak blok pro-Palestina di Eropa.

Apa Implikasi Globalnya

Dampak dari kebijakan ini cukup luas. Pertama, hubungan bilateral Spanyol–Israel memburuk tajam. Israel menuding Spanyol antisemitisme, membatasi visa bagi pejabat tertentu, dan menarik duta besarnya untuk konsultasi.

Kedua, di dalam Uni Eropa, Spanyol sedang menguji batas solidaritas bersama. Apakah suara lantang Madrid akan diikuti oleh Brussel, dan negara eropa lainya?

Ketiga, dalam relasi global, langkah Spanyol membuka peluang memperkuat hubungan dengan dunia Arab dan negara-negara “Global South” (negara-negara yang secara historis tidak termasuk kelompok dunia maju/Barat, yaitu negara berkembang atau berpendapatan menengah ke bawah).

Retorika moral tentang “genosida” memberi resonansi kuat di Timur Tengah dan Afrika Utara, wilayah yang semakin penting dalam politik energi dan investasi.

Kebanggaan dan Dukungan

Bagi kita di Indonesia, sikap Spanyol ini wajib diapresiasi. Di tengah dunia yang sering kali abai pada penderitaan rakyat Palestina, Spanyol justru tampil berani. Kita patut bangga bahwa ada negara Eropa yang mengambil posisi moral, menyuarakan keadilan, dan menolak tunduk pada tekanan politik global.

Sebagai bangsa dengan konstitusi yang menegaskan penolakan terhadap penjajahan di muka bumi, Indonesia memiliki ikatan emosional dan historis dengan perjuangan Palestina. Dukungan penuh kepada Spanyol berarti sekaligus memperkuat suara global menuntut kemerdekaan Palestina.

Relevansi Bagi Indonesia

Ada setidaknya dua relevansi yang bisa dipetik Indonesia dari langkah Spanyol. Pertama, pentingnya konsistensi politik luar negeri berbasis moral dan kemanusiaan. Indonesia, yang sejak awal mendukung Palestina, dapat mengambil inspirasi dari keberanian Spanyol untuk lebih aktif mendorong agenda Palestina di forum internasional.

Kedua, Spanyol menunjukkan bahwa dukungan publik bisa menjadi energi politik luar negeri. Di Indonesia, dukungan rakyat terhadap Palestina sangat kuat. Dukungan ini bisa terus diartikulasikan dalam diplomasi, bantuan kemanusiaan, hingga inisiatif regional.

Terlepas dari pro dan kontra, sikap Spanyol telah mengubah lanskap diplomasi Eropa terhadap konflik Israel–Palestina. Dalam situasi di mana banyak negara memilih berhati-hati, Madrid tampil sebagai suara yang lantang. Kita di Indonesia patut menyambut dan mendukung langkah tersebut, karena sejalan dengan amanat konstitusi dan aspirasi rakyat.

Keberanian Spanyol tidak hanya penting bagi rakyat Palestina, juga penting untuk membangkitkan inspirasi bagi Indonesia dan dunia: bahwa politik luar negeri tidak boleh hanya menjadi media kalkulasi kepentingan, tapi harus juga menjadi perjuangan moral demi kemanusiaan.

Editor : Alim Perdana