Masjid Al Badar Mulai Terapkan K3L: Dari Air Wudhu hingga Latihan Pemadaman Api

Muhammad Mirdasy, Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PW Muhammadiyah Jatim. Foto: Ayojatim
Muhammad Mirdasy, Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PW Muhammadiyah Jatim. Foto: Ayojatim

SURABAYA – Masjid Al Badar mulai melangkah lebih jauh dari sekadar rumah ibadah. Masjid yang dikelola Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dukuh Menanggal, Surabaya, ini telah bertransformasi menjadi ruang edukasi keselamatan, kesehatan, dan lingkungan.

Muhammad Mirdasy, Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PW Muhammadiyah Jatim, menerangkan bahwa langkah ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan identifikasi budaya risiko di awal tahun.

Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L) di dalam masjid mulai diterapkan secara bertahap, sebuah langkah kecil, namun memberi arti untuk jemaah maupun masyarakat sekitar.

“Bicara keselamatan dan kesehatan saat beribadah memiliki tahapan-tahapan yang cukup kompleks, karena banyak hal yang perlu dijalankan,” kata Mirdasy selepas focus group discussion (FGD) di Masjid Al Badar, Minggu (7/9/2025).

Ia juga menegaskan bahwa masjid punya peran strategis bukan hanya tempat salat, tetapi juga pusat literasi K3 dan lingkungan.

Langkah ini tak berdiri sendiri. LHKP menggandeng Lazismu untuk menggelar pelatihan pemadaman api skala rumah tangga. Harapannya, jemaah terbiasa dengan mitigasi risiko, sekecil apa pun peluang terjadinya kebakaran.

Masjid sebagai Tempat Aman

Edi Priyanto, Wakil Ketua Dewan K3 Jawa Timur, menegaskan bahwa masjid memang kerap dianggap bangunan paling aman saat bencana. Pondasi lebih kuat, sirkulasi udara lebih sehat, pencahayaan cukup, dan ketersediaan air berlimpah.

Namun, menurutnya implementasi K3L di dalam masjid tak harus mewah. Salah satunya, penghematan air wudhu yan ditampung melalui IPAL mini. Dan, sistem sederhana, air bisa tampak deras tapi hemat, lalu ditampung kembali untuk menyiram tanaman.

“Disesuaikan dulu dengan kebutuhan, tapi memberi dampak besar,” ujarnya.

Edi juga menekankan aspek lingkungan. Seperti pengelolaan sampah plastik, misalnya, bisa jadi amal jariyah atau dosa jariyah. Dan, jika diwariskan dengan cara benar, akan menjadi kebaikan. Tapi bila merusak, generasi berikutnya menerima dosa warisan.

Inisiatif dari Takmir dan Jamaah

Sebetulnya, Takmir Masjid Al Badar sudah mulai mencoba langkah-langkah kecil. Sumarmono, Wakil Ketua Takmir, bercerita bahwa air wudhu pernah ditampung untuk memelihara ikan lele. 

Namun cara itu menimbulkan masalah baru: bau tak sedap akibat got yang mampet. Kini pengelolaan air dipindah ke tempat cuci motor yang dikelola karang taruna.

Warga sekitar juga pernah mengolah limbah kulit buah menjadi sabun eco enzyme, berkolaborasi dengan Lazismu. Program ini sempat berjalan, meski masih terbatas pada sebagian warga.

“Ke depan, kami setuju perlu ada pelatihan penanganan bencana sekaligus penetapan titik kumpul evakuasi yang sampai sekarang belum ada,” ungkap Sumarsono.

Sejumlah jamaah juga berharap masjid bisa konsisten memberi edukasi. Layaknya kru pesawat yang selalu memberikan instruksi keselamatan sebelum terbang. Harapan kami masjid ke depan juga perlu begitu,” kata Djarot Ilusya, Jemaah, sekaligus pengurus Takmir Masjid Al Badar.

Masjid Al Bandar Pioneer K3L di Masjid

Dengan langkah-langkah sederhana, Masjid Al Badar yang berlokasi di Kertomenanggal Surabaya digadang-gadang menjdi pionir penerapan K3L di tempat ibadah. Mulai dari latihan pemadaman api, efisiensi energi, pengelolaan air, hingga kesadaran lingkungan.

Tentu LHKP tidak berdiri sendiri. Upayanya mendorong terciptanya K3L di tempat ibadah mendapat dukungan dari Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia.

“Program ini bukan komersial, tapi program akhirat. Masjid Al Badar bisa jadi prototipe yang kelak ditiru masjid lain,” harapnya.

Implementasi K3L di tempat ibadah ini didahului dengan penyerahan APAR dan keset antislip untuk kamar mandi. Penyerahan dilakukan di Masjid Al Badar pada 21 Agustus 2025 silam. Sedangkan identifikasi budaya risiko telah tuntas dilaksanakan pada 28 Maret 2025.

Bila berhasil, inisiatif Masjid Al Badar bukan hanya menjaga jamaah tetap aman, tetapi juga meninggalkan warisan lingkungan yang lebih baik, sebuah amal jariyah yang bisa mengalir terus tanpa henti.

Editor : Amal Jaelani