Berkat Teknologi Infrared, Batik Ecoprint di Jombang Mampu Dongkrak Produktivitas hingga 300 Persen

Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) Unitomo dan Untag Surabaya bantu pengrajin batik di Jombang dengan mesin dryroom infrared. Foto: Unitomo-Ayojatim
Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) Unitomo dan Untag Surabaya bantu pengrajin batik di Jombang dengan mesin dryroom infrared. Foto: Unitomo-Ayojatim

JOMBANG – Melalui program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) 2025, tim dosen Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) dan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, berkolaborasi menghadirkan solusi modern bagi para pengrajin batik dan ecoprint di Desa Sumberjo, Kecamatan Wonosalam, Jawa Timur.

Bantuan diberikan kepada sentra kerajinan Nusantria Batik Ecoprint sebagai upaya meningkatkan efisiensi produksi sekaligus menjaga kualitas karya.

Ditengah tantangan cuaca lembab pegunungan Wonosalam, tentu sangat membantu para pengrajin batik dan ecoprint disana. Jika proses pengeringan yang sebelumnya memakan waktu hingga tiga hari kini hanya butuh 90 menit, dengan inovasi mesin pengering kain berbasis infrared yang dibawa Tim PKM.

Ketua Tim PKM Unitomo, Safrin Zuraidah, yang juga merupakan dosen senior prodi teknik sipil Unitomo ini menjelaskan, bahwa teknologi ini mampu memangkas waktu produksi secara signifikan. Bahkan, menurutnya produktivitas para pengrajin jadi meningkat hingga 300 persen, dan kualitas warna kain pun lebih terjaga

“Dengan mesin dryroom infrared ini, proses pengeringan 12 lembar kain dapat selesai hanya dalam 90 menit,” ungkapnya.

Tak hanya menyerahkan mesin, tim dosen PKM yang terdiri dari Safrin Zuraidah dan Ilya Farida (Unitomo) serta Ichlas Wahid (Untag Surabaya) juga memberikan pelatihan penggunaan dan perawatan alat. Selain itu, mereka mengajarkan inovasi pembuatan canting cap dari bahan kardus yang lebih ekonomis.

Meski masa pakainya relatif singkat, canting cap ini memudahkan pengrajin menciptakan motif unik sesuai permintaan pasar.

Anggota tim PKM dari Untag Surabaya, Ichlas Wahid, berharap dukungan ini mampu memotivasi generasi muda pengrajin.

“Semoga pelatihan ini mendorong mereka melestarikan sekaligus mengembangkan seni batik dan ecoprint, sambil memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi,” ujar dosen prodi teknik mesin ini.

Sementara itu, Kepala LPPM Unitomo, Prof. Nur Sayidah, menegaskan pentingnya sinergi antara dunia akademik dan pelaku usaha lokal.

Dengan adanya dukungan teknologi ini, diharapkan batik dan ecoprint asal Desa Sumberjo Wonosalam semakin kompetitif, baik di pasar lokal maupun nasional, sekaligus mempertahankan identitas budaya yang menjadi kebanggaan daerah.

“PKM ini adalah bukti nyata bagaimana perguruan tinggi dapat menghadirkan solusi konkret bagi masyarakat. Kami ingin pengrajin di Desa Sumberjo, Kecamatan Wonosalam tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dengan memadukan kearifan lokal dan teknologi modern,” pungkas Prof. Nur Sayidah.

Editor : Amal Jaelani