SURABAYA - Menyelesaikan studi di luar negeri menuntut ketekunan tinggi dari sisi akademik dan ketahanan diri. Walaupun begitu, tantangan tersebut tidak menghambat Ntivuguruzwa Jean De La Croix, asal Rwanda untuk berhasil menamatkan program Doktoral Ilmu Komputer di Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Bahkan, lelaki yang akrab disapa Jean ini berhasil dengan tujuh publikasi bereputasi Quartile 1 (Q1) Scopus.
Jean menjelaskan, bahwa ia memiliki kesempatan emas berkuliah di ITS diperolehnya melalui beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdiktisaintek RI).
Keputusannya memilih ITS didasarkan pada reputasi kuat ITS sebagai institusi riset dan teknologi.
“Lingkungan akademik ITS memberikan ruang luas bagi saya untuk mengembangkan ide dalam bidang keamanan internet,” ungkapnya.
Selain itu, Jean juga berbagi pengalaman tentang kehidupan kampusnya di ITS selama tiga tahun tersebut dari segi akademik. Ia mengungkapkan, bahwa ITS International Office sangat membantunya terutama lewat program Buddy Department yang membuatnya lebih mudah beradaptasi dan mengenal budaya akademik serta sosial di kampus.
“Kalau ada hal yang susah saya mengerti, saya biasanya langsung tanya ke para volunteer,” ujarnya.
Lebih lanjut, Jean menjelaskan, bahwa penelitiannya berfokus pada pengamanan informasi secara digital.
Menurutnya, di era saat ini, transmisi data digital telah meningkat pesat dan banyak orang menggunakan media sosial, sehingga banyak data yang perlu dijaga kerahasiaannya.
Melalui penelitian ini, dirinya berusaha menciptakan sistem keamanan yang lebih baik guna melindungi data pribadi maupun informasi sensitif di berbagai platform digital.
Jean juga memaparkan publikasi pertamanya bertajuk A Convolutional Neural Network to Detect Possible Hidden Data in Spatial Domain Images, yang mengusulkan arsitektur Convolutional Neural Network (CNN) baru yang mampu meningkatkan akurasi deteksi data tersembunyi sekaligus memperbaiki stabilitas pelatihan jaringan.
“Prosesnya melibatkan tiga tahap utama, yakni pra-pemrosesan, ekstraksi fitur, dan klasifikasi,” ujarnya.
Dan pada tahap pra-pemrosesan digunakan filter spatial rich model untuk memperkuat noise.
Selanjutnya, ekstraksi fitur dilakukan dengan konvolusi separable dua dimensi guna meningkatkan sinyal dan menangkap fitur lokal.
Terakhir, pada tahap klasifikasi, digunakan pooling multi skala dan tiga lapisan fully connected untuk menghasilkan prediksi yang lebih akurat sekaligus mempercepat waktu pelatihan.
“Dari hasil tersebut mempercepat waktu pelatihan hingga 30,81 persen,” jelasnya.
Terakhir, melalui pencapaiannya yang membanggakan, mahasiswa bimbingan Prof Tohari Ahmad SKom MIT PhD ini akhirnya berhasil menjadi salah satu wisudawan pada Wisuda ke-132 ITS mendatang.
Kisah Jean ini turut kontribusi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada poin ke 4 yaitu Pendidikan berkualitas dan poin ke 9 terkait Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.
Editor : Amal Jaelani
