Tugas Negara dalam Menciptakan Kesejahteraan, Tinjauan Multidisipliner Terhadap Pernyataan UAS

Oleh: Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur

PERNYATAAN Ustadz Abdul Somad (UAS) yang mengungkapkan, "Tugas negara bukan ngasih makan anak, tapi ngasih kerja kepada bapaknya," telah mengundang perhatian publik yang luas. Pernyataan ini, membuka ruang bagi berbagai interpretasi, khususnya mengenai peran negara dalam kesejahteraan sosial.

Dalam kerangka yang lebih luas, pernyataan ini mengarah pada diskusi penting mengenai struktur sosial-ekonomi yang ada, peran negara dalam membentuk kesempatan kerja, dan bagaimana pandangan ini tercermin dalam perspektif agama, ekonomi, serta pembangunan bangsa.

Tetapi harus diakui bahwa, dibalik pernyataan UAS tersebut, ada sebuah kritik terhadap ketergantungan yang mungkin tumbuh dari sistem bantuan sosial yang cenderung bersifat sementara. Ketergantungan ini tidak hanya dapat merusak motivasi individu untuk bekerja, tetapi juga merusak struktur masyarakat yang berakar pada nilai-nilai kemandirian.

Artikel ini bertujuan untuk mengurai pernyataan tersebut melalui berbagai perspektif, yaitu: agama, ekonomi, pembangunan kader bangsa, dan pendekatan ilmiah terhadap bantuan sosial.

Kemandirian sebagai Tanggung Jawab Sosial

Islam, sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan, tidak hanya menekankan pentingnya beribadah, tetapi juga memperjelas hubungan manusia dengan masyarakat, khususnya dalam hal mencari nafkah. Dalam konteks ini, pernyataan UAS sejalan dengan ajaran Islam mengenai kemandirian.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, "Dan Kami telah memberi kalian kekuatan untuk bekerja dan berusaha" (QS. Ar-Rum: 54). Ayat ini membangun pandangan bahwa bekerja dan berusaha adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan seorang muslim.

Bagi seorang kepala keluarga, tanggung jawab untuk mencari nafkah adalah bagian dari kewajiban agama yang harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Seorang yang bekerja untuk keluarganya adalah seorang yang berjihad di jalan Allah."

Pernyataan dalam hadis ini menggarisbawahi pentingnya peran orang tua dalam memastikan bahwa keluarganya dapat hidup dengan layak dan sejahtera melalui usaha yang sah.

Meskipun agama menekankan kemandirian, tidak berarti negara bebas dari tanggung jawab sosial. Negara, dalam konteks ini, harus memastikan bahwa struktur sosial dan ekonomi memungkinkan setiap warga negara untuk mengakses peluang yang setara dalam hal pekerjaan.

Negara tidak hanya dituntut untuk menyediakan bantuan sosial, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang memungkinkan setiap individu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ketergantungan vs. Kemandirian Ekonomi

Dalam kajian ekonomi, peran negara dalam menciptakan kesejahteraan sosial sangat kompleks dan sering kali menjadi bahan perdebatan. Negara dihadapkan pada dilema antara memberikan bantuan sosial atau menciptakan peluang kerja yang memungkinkan individu untuk mandiri.

Pernyataan UAS mengenai "ngasih kerja kepada bapaknya" mengandung kritik yang tajam terhadap kebijakan negara yang lebih fokus pada pemberian bantuan sosial ketimbang menciptakan peluang kerja yang berkelanjutan.

Dalam jangka pendek, bantuan sosial memang memberikan dampak positif, namun dalam jangka panjang, ketergantungan pada bantuan sosial justru dapat mengurangi motivasi untuk bekerja dan berinovasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Alatas et al. (2012) menunjukkan bahwa ketergantungan pada bantuan sosial dapat menurunkan partisipasi dalam dunia kerja, sehingga memperburuk masalah kemiskinan (Alatas et al., 2012).

Negara, tidak hanya berfungsi sebagai pemberi bantuan, tetapi lebih penting lagi sebagai fasilitator yang menciptakan struktur ekonomi yang mendukung pengembangan lapangan kerja dan kewirausahaan.

Dengan demikian, ekonomi yang mandiri, yang memberi peluang kerja yang layak, adalah kunci untuk memastikan kesejahteraan sosial yang berkelanjutan.

Membangun Karakter Mandiri dalam Keluarga

Membangun karakter yang mandiri dan bertanggung jawab adalah tugas negara, yang dimulai dari pembentukan karakter dalam keluarga.

Di sinilah peran seorang bapak sebagai kepala keluarga menjadi sangat penting. Ia tidak hanya berfungsi sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai teladan bagi anak-anaknya dalam hal kerja keras, tanggung jawab, dan pengorbanan.

Bantuan Sosial dan Efek Jangka Panjang

Meskipun bantuan sosial dapat memberikan bantuan segera kepada mereka yang membutuhkan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa ketergantungan pada bantuan ini dapat menurunkan produktivitas dan menurunkan motivasi untuk berusaha.

Penelitian yang dilakukan oleh Coudouel et al. (2002) menyatakan bahwa bantuan sosial yang tidak disertai dengan pemberian peluang untuk bekerja dapat menciptakan ketergantungan yang menghambat perkembangan individu (Coudouel et al., 2002).

Sebagai solusi, negara perlu menciptakan kebijakan yang lebih berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan ini mencakup akses terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan, yang memungkinkan individu untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan berkelanjutan.

Pendekatan berbasis pemberdayaan akan lebih efektif daripada hanya mengandalkan bantuan sosial yang bersifat sementara, karena memungkinkan masyarakat untuk keluar dari kemiskinan dengan kemampuan mereka sendiri.

Editor : Alim Perdana