SURABAYA – Kebiasaan membandingkan anak dengan orang lain seringkali dianggap sebagai cara untuk memotivasi.
Namun, menurut Efika Fiona Gultom, M.Psi., Psikolog dan Konselor SMP-SMA Cikal Amri Setu, praktik ini justru dapat menimbulkan dampak negatif yang berkepanjangan pada psikologis anak.
“Membandingkan anak, meski dengan niat memotivasi, seringkali justru membuat anak tumbuh dengan rasa tidak percaya diri,” jelas Efika.
Teori di Balik Kebiasaan Membandingkan Anak
Efika menjelaskan bahwa terdapat dua teori psikologis yang dapat menjelaskan mengapa orang tua cenderung membandingkan anak.
Pertama, social comparison theory, yang menggambarkan kecenderungan alami orang tua untuk membandingkan kemampuan dan pencapaian anak sebagai cara memastikan perkembangan mereka.
“Orang tua seringkali membandingkan anak untuk memastikan bahwa mereka tumbuh sesuai harapan. Ini adalah bagian dari proses evaluasi alami,” ujar Efika.
Kedua, expectancy value theory, yang menjelaskan bagaimana harapan orang tua terhadap anak mendorong mereka untuk membandingkan satu anak dengan yang lain.
“Orang tua memiliki ekspektasi tertentu, dan ketika anak tidak memenuhinya, mereka cenderung membandingkan dengan anak lain yang dianggap lebih baik,” tambahnya.
Dampak Negatif Membandingkan Anak
Meski niatnya baik, membandingkan anak justru dapat menimbulkan efek buruk pada perkembangan psikologis mereka. Efika memaparkan beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi:
1. Rasa Tidak Percaya Diri
Anak yang sering dibandingkan cenderung merasa tidak cukup baik. Hal ini dapat menurunkan rasa harga diri dan keyakinan mereka pada kemampuan sendiri.
2. Stres dan Kecemasan
Tekanan untuk memenuhi harapan orang tua dapat memicu stres dan kecemasan pada anak.
3. Menarik Diri dari Interaksi Sosial
Anak mungkin cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, termasuk dari orang tua mereka sendiri, karena merasa tidak diterima.
4. Persaingan Antar Saudara Kandung
Membandingkan anak dengan saudara kandungnya dapat memicu persaingan tidak sehat dan merusak hubungan harmonis dalam keluarga.
“Anak-anak perlu merasa dihargai dan diterima apa adanya. Membandingkan mereka justru dapat menghambat perkembangan emosional dan sosial mereka,” tegas Efika.
Solusi untuk Orang Tua
Efika menyarankan agar orang tua fokus pada potensi dan keunikan setiap anak. “Alih-alih membandingkan, orang tua sebaiknya memberikan dukungan positif dan apresiasi terhadap usaha anak. Ini akan membantu mereka tumbuh dengan percaya diri dan merasa dihargai,” ujarnya.
Dia juga menekankan pentingnya komunikasi terbuka antara orang tua dan anak.
“Dengarkan perasaan dan pendapat anak. Ini akan membantu mereka merasa lebih dipahami dan dihargai,” imbuhnya.
Editor : Alim Perdana