ayojatim.com skyscraper
ayojatim.com skyscraper

Dunia Maya dan Remaja, Memahami Dampak Media Sosial pada Perkembangan Psikologis

Remaja rentan terhadap konflik dan dampak negatif media sosial. Foto: Ilustrasi/AI
Remaja rentan terhadap konflik dan dampak negatif media sosial. Foto: Ilustrasi/AI

SURABAYA – Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, termasuk bagi remaja. Namun, akses mudah dan pengaruh yang kuat dari platform digital ini menimbulkan kekhawatiran terhadap perkembangan psikologis remaja.

Bagaimana media sosial memengaruhi mereka? Ni Putu Adelia Kesumaningsari, M.Sc., Dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (UBAYA), memberikan pandangannya.

Menurut Adelia, remaja rentan terhadap konflik dan dampak negatif media sosial karena beberapa faktor. Pertama, perkembangan sosio-emosional mereka belum stabil.

"Remaja masih dalam tahap pematangan kontrol emosi dan cenderung impulsif karena prefrontal cortex yang belum matang," jelas Adelia.

"Ditambah lagi, kebutuhan untuk diterima secara sosial sangat kuat. Akibatnya, mereka sangat reaktif terhadap konflik di media sosial, yang mempercepat eskalasi emosi tanpa cukup waktu untuk refleksi diri," lanjutnya.

Faktor lain adalah masa pencarian identitas. Remaja sedang membangun identitas diri, sehingga sangat sensitif terhadap interaksi dan persepsi orang lain di media sosial.

"Hal ini membuat mereka mudah terpengaruh dan rentan terhadap bullying atau tekanan sosial," tambahnya.

Terkait wacana pembatasan usia pengguna media sosial, Adelia menyatakan dukungannya, meskipun mengakui tantangan implementasinya.

"Pembatasan usia adalah langkah yang baik untuk mengurangi paparan konten yang tidak sesuai," ujarnya.

Namun, membendung akses remaja terhadap media sosial di era digital ini sangat sulit. Remaja umumnya sudah cukup mandiri, sehingga pembatasan usia perlu diimbangi dengan strategi lain.

Adelia menekankan pentingnya edukasi dan pengawasan sebagai kunci keberhasilan regulasi.

"Pembatasan usia hanya efektif jika diiringi edukasi dan pengawasan yang ketat," jelasnya.

"Orang tua harus berperan aktif dalam mengajarkan literasi digital dan mendampingi anak-anak mereka dalam menggunakan media sosial secara bijak. Edukasi ini seharusnya dimulai sejak dini," tuturnya.

Ia juga menyoroti dampak paparan dini terhadap media sosial. "Dari perspektif neuropsikologi, paparan dini berisiko negatif terhadap perkembangan atensi, regulasi emosi, dan meningkatkan risiko kecanduan digital," kata Adelia.

Lebih lanjut, Adelia menyarankan agar konten media sosial yang dikonsumsi remaja bersifat positif dan tidak destruktif.

"Konten yang aman adalah konten yang positif dan tidak destruktif," jelasnya.

Konten yang berisi motivasi, pengembangan diri, inspirasi, dan pengalaman belajar jauh lebih baik. Begitu pula konten yang menampilkan interaksi sosial yang sehat, nilai-nilai positif, dan komunikasi yang menghargai perbedaan.

Kesimpulannya, media sosial memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan psikologis remaja.

Regulasi, edukasi, dan pengawasan yang komprehensif, serta peran aktif orang tua, sangat penting untuk meminimalisir dampak negatif dan menciptakan lingkungan digital yang aman dan sehat bagi remaja.

Editor : Alim Perdana