ADA SEBUAH AYAT dalam Al-Qur’an yang dikenal oleh hampir setiap Muslim, bahkan bagi yang belum begitu dalam mempelajari agama sekalipun. Ayat ini adalah Ayat Kursi, yang ada dalam Surah Al-Baqarah, ayat 255.
Sebuah ayat yang sarat dengan makna yang dalam. Ayat Kursi ini bukan hanya tentang doa atau pembacaan ritual semata. Ayat Kursi adalah sumber kekuatan, dan penenang jiwa.
Ayat ini turun dalam sebuah konteks yang penting. Ketika kaum Muslimin, dalam perjuangan mereka, merasa terpojok dan dipertanyakan kebenarannya oleh orang-orang musyrik, Allah menurunkan ayat ini.
Sebagai jawaban yang sangat lugas: Tidak ada Tuhan selain Allah. Allah hidup kekal dan mengatur seluruh alam semesta, tak tidur, tidak lelah. Dia lah yang Maha Mengurus segalanya.
Ketika dunia terasa tak menentu, dan kita dihimpit beragam masalah, kita sering lupa bahwa ada satu kekuatan yang jauh lebih besar dari apapun yang kita hadapi, yaitu kekuasaan Allah yang Maha Abadi. Ayat ini mengingatkan kita, kita bukanlah apa-apa tanpa izin dan pertolongan-Nya.
Ayat Kursi mengajarkan dua hal utama yang sangat relevan dengan kehidupan kita sekarang. Yang pertama adalah ketergantungan kita pada Allah. Dalam dunia yang penuh dengan tantangan, dari krisis ekonomi hingga bencana alam, kita terlalu sering merasa bahwa kita bisa menghadapinya sendiri.
Kita lupa bahwa sesungguhnya, tanpa izin Allah, kita tak bisa berbuat apa-apa. Ayat Kursi memurnikan kembali pemahaman kita tentang hakikat kehidupan: kita ini lemah, Allah yang Maha Kuat.
Yang kedua adalah kesadaran akan kebesaran Allah. Dalam hidup yang serba cepat ini, kita sering terjebak dalam rutinitas tanpa memikirkan siapa yang mengatur seluruh jagat raya ini. Kita lupa bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Kita merasa dunia ini hanya bergantung pada kemampuan manusia dan kekuatan materi. Namun, Ayat Kursi membuka mata kita, bahwa di balik segala usaha dan perjuangan kita, ada kekuatan yang tak terhingga yang mengaturnya. Allah mengatur segalanya dengan sempurna, tanpa terkecuali.
Ada banyak keutamaan yang terkandung di dalamnya. Bahkan dalam sebuah hadis Rosulullah mengungkapkan bahwa siapa yang membaca Ayat Kursi setelah setiap shalat fardhu, maka tidak ada yang menghalangi dia untuk masuk surga kecuali mati.
Subhanallah, betapa luar biasa kekuatan ayat ini. Ini adalah janji Allah untuk siapa saja yang dengan tulus membaca dan menghayati maknanya.
Lebih dari itu, Ayat Kursi memiliki kekuatan magis yang tak terlihat, namun terasa nyata. Setiap kali membaca ayat ini, kita akan merasa ada ketenangan yang muncul, seakan seluruh beban hidup ini menjadi ringan. Bahkan saat dunia terasa sangat berat, Ayat Kursi memberi kita rasa aman dan terlindungi, seolah ada tangan besar yang menopang setiap langkah kita.
Lalu, apa yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari Ayat Kursi dalam kehidupan kita sehari-hari? Di tengah dunia yang penuh dengan kesulitan, kebingungan, dan kecemasan, kita diingatkan bahwa ada satu kekuatan yang tak terbatas yang mengatur segala sesuatu.
Ketika kita merasa cemas atau tertekan, kita hanya perlu mengingat Allah, yang tidak pernah lelah atau mengantuk dalam mengatur alam semesta ini. Kekuatan ini jauh lebih besar daripada segala masalah yang kita hadapi.
Keutamaan Ayat Kursi tidak hanya berhenti pada perlindungan fisik dan spiritual. Jika kita menghayati dan merenungkan setiap kata dalam ayat ini, kita akan mendapatkan petunjuk tentang cara hidup yang lebih bijak dan penuh ketenangan. Hidup ini memang penuh tantangan, tetapi kita tidak sendirian. Allah selalu bersama kita. Dia yang Maha Mengatur, Maha Mengetahui, dan Maha Menjaga.
Sebagai penutup, mari kita renungkan bersama, apakah kita sudah cukup menyadari bahwa kita bukanlah apa-apa tanpa izin-Nya? Apakah kita sudah benar-benar menghayati bahwa segala yang kita miliki adalah anugerah dari-Nya yang Maha Kuasa?
Ayat Kursi adalah pengingat yang sempurna untuk kita kembali pada hakikat hidup yang sejati: bergantunglah hanya kepada Allah, dan percayalah bahwa Dia selalu menjaga kita dalam setiap langkah kita.
Penulis: Ulul Albab
Ketua ICMI JawaTimur
Editor : Alim Perdana