SURABAYA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU yang juga Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa bersapa dengan siswa di hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Khofifah menyapa siswa di SDN Margorejo VI/524 Kota Surabaya, yang lokasinya persis di depan kediamannya, Senin (15/7/2024).
Kedatangan Khofifah disambut antusias oleh para siswa dan juga guru. Pasalnya, tak hanya meninjau pelaksanaan MPLS hari pertama.
Namun dalam kesempatan tersebut Khofifah juga membawa sejumlah barang untuk dibagikan pada siswa. Yaitu tasbih, kurma dan juga susu sebagai oleh oleh pulang haji yang langsung jadi rebutan oleh para siswa di sekolah tersebut.
Dalam kesempatan ini, Khofifah turut memberikan motivasi agar seluruh siswa baru semangat mengikuti MPLS dan mengisi penuh semangat belajarnya.
Ia berharap MPLS menjadi kesempatan yang dimanfaatkan secara maksimal oleh siswa untuk cepat beradaptasi dan mengenal lingkungan baru sekolah, berkenalan dengan guru dan juga teman baru.
“Hari ini adalah hari pertama pelaksanaan MPLS bagi siswa baru. Kebetulan sekolah SDN Margorejo VI ini lokasinya tepat di depan rumah, jadi kami ingin meninjau langsung proses MPLS. Sekaligus bersapa sepulang melaksanakan ibadah haji dengan berbagi tasbih, susu dan juga kurma, dari tanah suci yang kami bawa kemarin usai ibadah haji,” tegas Khofifah.
Lebih lanjut mantan Menteri Sosial ini mengatakan sesuai juknis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kegiatan MPLS di Jatim dilaksanakan selama tiga hari mulai hari ini hingga tanggal 17 Juli 2024 mendatang.
Tema yang diangkat untuk MPLS tahun ajaran 2024/2025 adalah Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.
Tokoh Nahdliyin Inspiratif versi Forkom Jurnalis Nahdliyin itu menegaskan bahwa pihaknya sepakat dengan tema yang diangkat dalam MPLS kali ini.
Menuruntya masalah kekerasan di lingkungan sekolah bukanlah masalah sepele dan harus dihindari. Segala bentuk kekerasan harus ditiadakan di sekolah sehingga sekolah menjadi tempat aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar.
“Kekerasan guru pada murid, kekerasan antar murid, harus dicegah. Tidak boleh ada kekerasan hadir di lingkungan sekolah. Karena sekolah adalah tempat anak untuk belajar, mengembangkan diri, mengasah kemampuan dan keterampilan. Maka suasana yang terbangun di sekolah harus aman, harus nyaman,” tandas wanita yang juga Ketua Umum IKA Universitas Airlangga ini.
Terutama beberapa waktu belakangan cukup sering terjadi kejadian perundungan yang viral di lingkungan sekolah. Melalui MPLS ini, Khofifah berharap bahwa para siswa bisa teredukasi dengan maksimal bahwa perundungan juga merupakan bentuk kekerasan yang berbahaya bagi korban maupun pelaku.
Siswa yang menjadi korban perundungan tentu akan mengalami korban secara fisik maupun psikis. Begitu juga sebagai pelaku juga akan terdampak bahkan hingga berhadapan dengan hukum. Sehingga Khofifah berpesan agar pesan-pesan untuk mencegah perundungan juga disampaikan saat MPLS.
“Saya rasa seluruh sekolah di semua jenjang di Jatim telah sepakat bahwa perundungan juga menjadi bentuk kekerasan yang tidak boleh dilakukan di sekolah. Dan kami harap melalui MPLS ini, Batasan-batasan mengenai kekerasan dan juga perundungan bisa tersampaikan secara baik pada siswa. Baik di jenjang SD, SMP maupun SMA,” tegas Khofifah.
Editor : Alim Perdana