SIDOARJO – Di balik kisah heroik para santri yang selamat dari reruntuhan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny Buduran, Sidoarjo, masih tersimpan luka batin yang tak kasat mata.
Peristiwa tragis pada Senin (29/9/2025) sore itu bukan hanya meninggalkan cedera fisik, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi anak-anak yang mengalaminya.
Hal itu menjadi perhatian serius Anggota DPD RI, Dr Lia Istifhama, saat menjenguk para korban selamat yang kini dirawat di RS Siti Hajar, Kamis 2 Oktober 2025.
Menurutnya, trauma healing atau pendampingan psikologis intensif mutlak diberikan, agar para santri tidak mengalami dampak psikologis jangka panjang.
“Anak-anak ini luar biasa, mereka punya ketegaran dan resiliensi yang sangat tinggi. Namun di balik itu, kita tidak boleh menutup mata. Mereka tetap anak-anak yang baru saja menghadapi pengalaman traumatis. Maka, pendampingan psikologis sangat penting agar luka batin ini tidak terbawa hingga dewasa,” ujar Ning Lia dengan nada penuh empati.
Dalam kunjungan itu, Ning Lia menyaksikan semangat hidup para santri yang selamat, meski tubuh mereka masih dibalut perban, gips, dan selang infus. Salah satunya Royhan (16) asal Bangkalan, yang mengalami retak tulang kaki dan tangan. Dengan senyum tipis, ia berusaha tegar di hadapan ibunya, Mayuni.
“Lihatlah, meski menahan sakit, mereka masih bisa tersenyum. Itu bentuk resiliensi yang luar biasa,” tutur Ning Lia.
Baca juga: Cukai Rokok 2026 Tidak Naik, Senator Lia Istifhama Optimisme Industri Rokok Kembali Berjaya
Demikian pula Abdin Ramadhani (18) asal Probolinggo yang sempat mengalami mimisan dan muntah akibat gumpalan pada pembuluh darah.
Sang ibu, Munik, terus menggenggam tangannya sambil berulang kali berzikir.
Sementara itu, Shaka Nabil (16) asal Lumajang yang mengalami cedera kepala, tampak tenang didampingi ibunya, Suparti. Meski masih pucat, ia berusaha menyapa Lia dengan lirih.
“Mereka selamat bukan hanya karena fisiknya kuat, tapi juga karena adanya dukungan emosional dari orang tua mereka. Saya kagum melihat ketegaran para ibu ini, mendampingi anak-anaknya dengan sabar tanpa menunjukkan kepanikan,” tambah Ning Lia.
Menurut Senator Cantik itu, peran keluarga menjadi kunci dalam pemulihan psikologis anak-anak korban bencana. Pola komunikasi yang penuh kelembutan, kesabaran, dan doa yang tak putus menjadi obat paling ampuh bagi anak-anak yang sedang dalam masa penyembuhan.
Baca juga: Penerbangan Delay, Ini Pesan Senator Lia Istifhama untuk Maskapai Agar Penumpang Tidak Stres
“Pendampingan orang tua sangat menentukan. Anak-anak bisa pulih lebih cepat jika merasakan kasih sayang dan rasa aman dari orang tuanya. Saya kira inilah bentuk trauma healing pertama yang paling penting,” tegasnya.
Senator yang dikenal aktif dalam isu sosial dan pendidikan itu juga berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah dan lembaga terkait untuk menyediakan tenaga psikolog, konselor, atau pendamping rohani yang bisa mendampingi para santri pascatragedi.
“Selain pengobatan medis, mereka butuh ruang untuk bercerita, menangis, dan didampingi secara psikologis. Saya yakin dengan penanganan yang tepat, mereka bisa bangkit kembali dan melanjutkan masa depan mereka dengan semangat baru,” kata Putri KH. Masykur Hasyim tersebut.
Editor : Diday Rosadi