Oleh: Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur
DI antara kita, ada sosok yang berjalan di dunia ini tanpa hiasan kemewahan, tanpa sorot lampu panggung, tanpa klaim sebagai orang penting.
Baca juga: Apresiasi Buat UB dari Alumni Angkatan 82
Ia hadir di tengah manusia layaknya butiran pasir di tepi pantai — kecil, tak menonjol, namun tetap menjadi bagian dari keindahan ciptaan Allah.
Ia memimpin tanpa merasa pemimpin, memberi arahan tanpa merasa guru, menolong tanpa merasa pahlawan. Sebab ia tahu, semua peran hanyalah titipan dari Allah, dan setiap titipan akan ditarik kembali pada waktunya.
Bagi sebagian orang, ia tampak hebat. Mereka melihatnya menyusun program, mengatur kegiatan besar, menulis konsep, dan berbicara dengan wibawa.
Namun di dalam hatinya, ia sadar bahwa semua itu bukan miliknya — itu adalah amanah yang suatu hari harus dipertanggungjawabkan, bukan di hadapan manusia, tapi di hadapan Rabb yang Maha Mengetahui isi hati.
Ia sering mengingatkan dirinya sendiri: "Pujian manusia adalah ujian. Cacian mereka pun ujian. Jangan tertipu oleh yang pertama, jangan runtuh oleh yang kedua."
Dan ia memilih untuk menjadi cermin yang tidak sempurna. Cermin sempurna sering membuat orang silau dan lupa.
Tapi cermin sederhana, yang buram dan polos, justru membantu orang melihat dirinya apa adanya — dengan kelebihan dan kekurangan — agar bisa memperbaiki diri.
Setiap malam ia berdoa, lirih tapi penuh makna: "Ya Allah, jagalah hatiku dari kesombongan yang tersembunyi.
Jadikan setiap langkahku jalan untuk mengenal-Mu, setiap kata-kataku sebagai pengingat akan-Mu, dan setiap napasku sebagai syukur atas-Mu."
Lalu, siapakah sosok mulia itu? Mungkin Anda membayangkan ia adalah tokoh besar, ulama, atau pemimpin yang namanya sering terdengar.
Baca juga: Memahami Kasus Dugaan Korupsi dalam Soal Pembagian Kuota Haji Tambahan 2024
Tapi sesungguhnya, sosok itu… adalah Anda sendiri, wahai pembaca. Ya dia adalah ANDA. Yang menikmati untaian kata ini dan meresapinya sebagai inspirasi.
Sebab setiap dari kita punya peran, punya amanah, punya kesempatan untuk menjadi “cermin sederhana” yang memantulkan kebaikan tanpa kesombongan, menyinari tanpa membuat silau, dan menuntun hati kita — dan hati orang lain — menuju Allah, menggapai ridho dan maghfiroh Allah.
Editor : Alim Perdana