Ketika Wartawan Mandiri Menjadi DIRJEN di Dunia Digital

ayojatim.com
Foto ilustrasi Generate AI images

Oleh: Ali Masduki
Jurnalis Ayojatim.com

LIMA belas tahun berlalu sejak istilah "DIRJEN" pernah jadi buah bibir komunitas wartawan di kota Surabaya.

Baca juga: "Dirjen" pada Akhirnya?

Artikel ini adalah kelanjutan dari catatan minggu lalu yang berjudul "Dirjen" pada Akhirnya?

Ya! Saat itu, kata "Dirjen" jadi semacam julukan setengah sindiran dan setengah canda bagi mereka yang berani mendirikan media sendiri, menulis sendiri, dan memuat liputannya sendiri. Dirjen atau "Direktur Ijen" semacam jurus mandiri di tengah kerasnya industri media.

Kini, di era digital yang serba cepat dan mudah, apa yang dulu dianggap sebelah mata dan penuh cibiran itu berubah menjadi keniscayaan.

Media cetak yang dulu jadi raja mulai meredup, sementara media digital tumbuh bak jamur di musim hujan.

Wartawan yang dulu menjadi bagian dari redaksi besar, dengan disiplin dan struktur ketat, kini banyak yang harus beradaptasi atau bahkan melebur ke dalam lingkaran "DIRJEN" masa kini.

Teknologi internet dan platform digital memberi peluang tanpa batas. Mendirikan media daring bukan lagi soal modal besar, tetapi kreativitas dan kemampuan menjangkau audiens.

Baca juga: Bamsoet: Platform Marketplace Jangan Jadikan UMKM "Sapi Perah"

Wartawan yang hilang pekerjaan (PHK) di koran maupun televisi besar, kini punya ruang baru untuk berkarya, meskipun dengan modal dan sumber daya yang berbeda. Kanal digital pribadi, blog, hingga media daring kecil muncul menghiasi ekosistem jurnalistik.

Namun, munculnya gelombang "DIRJEN" baru juga membawa tantangan tersendiri. Kualitas jurnalisme sering dipertanyakan karena ketiadaan filter redaksi yang ketat dan kadang terbatasnya sumber daya.

Tapi di sisi lain, inilah jalan baru bagi wartawan untuk bertahan dan tetap bersuara, walau dengan cara yang berbeda dari dulu.

Fenomena ini menuntut paradigma baru bahwa jurnalisme bukan hanya soal institusi besar, tetapi juga soal keberanian dan inovasi individu.

Baca juga: Ketika Wartawan Dipecat, Demokrasi pun Terancam

Di tengah arus perubahan, tidak salah jika kita menyebut bahwa "DIRJEN" kini bukan lagi kata makian, melainkan simbol adaptasi dan kelangsungan hidup jurnalisme di era digital.

Mungkin memang kita semua, sebagai pewarta zaman now, pada akhirnya adalah "DIRJEN" mandiri, kreatif, dan siap menghadapi tantangan dunia media yang terus berubah. Bukan soal label, tapi soal bagaimana kita mengisi ruang itu dengan karya bermakna untuk masyarakat.

Bersambung....

Selamat Akhir Pekan!

Editor : Alim Perdana

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru