GAGASAN percepatan pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya bukan sekadar wacana infrastruktur, melainkan tonggak penting menuju transformasi besar Indonesia sebagai negara maju.
Pernyataan Ketua Dewan Energi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan yang mengharapkan segera realisasi proyek kereta cepat Jakarta - Surabaya setelah kunjungannya ke Tiongkok.
Baca juga: Gus Lilur Serukan Gerakan Perlawanan Anti Korupsi Mulai dari Situbondo
Dalam kunjungan Pak Luhut bersama Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dan CFO Danantara, Pandu Syahrir, harus dipahami sebagai sinyal kuat bahwa proyek ini memiliki urgensi nasional yang tak bisa ditunda lagi.
Kunjungan tersebut adalah sinyal kuat proyek kereta cepat Jakarta - Surabaya urgensinya sangat kuat untuk segera direalisasi.
Kesuksesan kereta cepat Jakarta -Bandung telah membuktikan manfaat strategisnya. Meski, masih ada sejumlah kekurangan. Namun itu hal yang wajar karena merupakan proyek perdana.
Keberhasilan kereta cepat Jakarta - Bandung bisa dilihat dengan tingginya antusiasme masyarakat, yang diikuti penurunan volume kendaraan di jalan tol.
Fakta ini menjadi bukti konkret bahwa moda transportasi massal itu menjawab kebutuhan zaman. Bukan hanya membuat efisiensi waktu tempuh, tapi juga pengurangan beban transportasi darat dan udara yang semakin padat.
Mengacu dari keberhasilan kereta cepat Jakarta - Bandung, optimisme hal itu juga akan terjadi pada kereta cepat Jakarta - Surabaya.
Bahkan keberhasilan kereta cepat Jakarta - Surabaya akan melebih rute Jakarta - Bandung. Terlebih masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama tokoh-tokoh agama dan pelaku mobilitas lintas daerah, menyambut proyek ini dengan penuh harap.
Ketakutan sebagian masyarakat terhadap perjalanan udara, terutama di musim cuaca buruk, membuat opsi kereta cepat menjadi solusi yang lebih meyakinkan dan aman. Rasa aman ini menjadi aspek penting dalam membangun kepercayaan publik terhadap sistem transportasi nasional yang andal.
Tidak bisa dipungkiri, kerja sama dengan Tiongkok dalam pembangunan kereta cepat harus dilihat secara objektif dan strategis. Dalam tatanan geopolitik dan geoekonomi global saat ini, Tiongkok merupakan kekuatan utama.
Baca juga: Gus Ubaid, Tokoh Muda NU Dukung Ketegasan Presiden Prabowo Tindak Aksi Premanisme
Relasi erat yang dimiliki Pak Luhut dengan para pemimpin Tiongkok seperti Presiden Xi Jinping dan Menteri Luar Negeri Wang Yi adalah aset diplomatik yang semestinya dimanfaatkan secara maksimal demi kemajuan Indonesia.
Sayangnya, narasi yang cenderung skeptis terhadap kerja sama ini sering kali justru menghambat kemajuan. Kita tidak boleh terjebak dalam sentimen ideologis yang kontra-produktif.
Bila Tiongkok mampu memberikan dukungan teknologi, pembiayaan, dan pengalaman, maka sudah semestinya kita membuka diri untuk berkolaborasi dalam kerangka yang saling menguntungkan dan transparan.
Lebih jauh, kereta cepat Jakarta-Surabaya bukanlah proyek terakhir. Bila berhasil, jaringan ini bisa diperluas ke Sumatera, misalnya rute Aceh-Lampung. Ini adalah langkah awal menuju integrasi transportasi nasional yang modern, efisien, dan kompetitif secara global.
Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah, khususnya Presiden Prabowo Subianto, segera menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) yang memberikan dasar hukum bagi proyek ini.
Baca juga: Gus Ubaid Ingatkan Kebebasan Berekspresi dan Mengemukakan Pendapat Harus Dilakukan secara Beradab
Indonesia tidak boleh lagi menunggu. Bonus demografi hanya akan menjadi berkah bila didukung oleh infrastruktur yang mendorong mobilitas, efisiensi, dan konektivitas antarwilayah.
Kereta cepat Jakarta-Surabaya bukan sekadar proyek fisik, melainkan simbol dari kesiapan Indonesia menghadapi masa depan, mewujudkan mimpi besar menuju Indonesia Emas 2045.
Ubaidillah Amin
Tokoh Muda NU asal Jatim
Pengasuh Ponpes Annuriyyah, Kaliwining, Jember
Editor : Diday Rosadi