6 Rekomendasi Ngabuburit Bernuansa Religi di Surabaya, Nomor 5 Tempat Bung Karno Muda Mengaji

Reporter : Ali Masduki
Seorang anak membaca Alquran di Masjid Peneleh Surabaya, Jawa Timur. Pada bulan Ramadan, umat Muslim memanfaatkan waktu luang untuk memperbanyak membaca Alquran dan beriktikaf didalam Masjid, termasuk saat ngabuburit. Foto/Ali Masduki

SURABAYA - "Hari ini kita ngabuburit dimana?". "Ayo bikin acara ngabuburit bareng anak yatim". "Gimana kalau kita buat acara FGD soal Gerbang Baru Nusantara, sekalian ngabuburit". Ya, itulah sebagian contoh ucapan yang kerap muncul disaat bulan suci Ramadan tiba.

Di Indonesia, ngabuburit sudah menjadi bagian dari tradisi turun-temurun yang rutin dilakukan oleh masyarakat, sebuah kegiatan riang gembira menjelang berbuka puasa. Tempat ngabuburit pun beragam.

Baca juga: Asyiknya Ngabuburit Sambil Berburu Foto Juxtaposed

Ada yang memilih pusat perbelanjaan, karena sekalian buka bersama di restoran yang dingin, ada yang di alam terbuka seperti pantai, ada juga yang memilih dengan kegaiatan sosial, seperti menyantuni anak yatim piatu.

Kali ini, AyoJatim coba menawarkan tempat ngabuburit bernuansa religi di Surabaya. Seraya menunggu buka puasa, anda bisa mengenal sejarah peradaban Islam di kota Surabaya.

Berikut 6 Rekomendasi Ngabuburit Bernuansa Religi di Surabaya:

1. Masjid Al Akbar

Masjid Al Akbar ini berada di Jl. Masjid Al-AkbarTimur No.1, Pagesangan, Kec. Jambangan, Surabaya, Jawa Timur.

Masjid Al-Akbar akan menjadi landmark kota Surabaya. Masjid ini berada di Jl. Masjid Al-AkbarTimur No.1, Pagesangan, Kec. Jambangan, Surabaya, Jawa Timur.

Masjid Al Akbar dibangun pada tanggal 4 Agustus 1995 atas gagasan Mantan Walikota Surabaya Soenarto Soemoprawiro. Sedang peletakan batu pertama oleh Wapres Try Sutrisno dan diresmikan Presiden KH Abdurrahman Wahid, 10 November 2000.

Keunikan Masjid Al-Akbar ialah menara tinggi sekitar 99 meter. Menara ini bukan hanya sebagai alat pengeras suara saja. Namun juga menjadi saran menikmati pemandangan kota Surabaya. Dari ketinggian, kamu bisa melihat pesona berbagai sudut di Kota Pahlawan.

Kemegahan empat kubah Masjid Al-Akbar terlihat jelas dari atas sini. Menara dibuka dari pagi hingga pukul 16.00. Setiap azan berkumandang, menara akan ditutup untuk sementara waktu.

Menyambut Ramadhan 2025, Badan Pelaksana Pengelola (BPP) Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) menghadirkan program spesial bertajuk “Sparkling Ramadhan 1446 H”. Program ini menawarkan 999 inisiatif cemerlang yang terbagi dalam tiga kategori utama: 9 Fasilitas Cemerlang, 9 Dakwah Cemerlang, dan 9 Sosial Cemerlang.

Menurut H. Helmy M Noor, Sekretaris BPP MAS, program ini dirancang untuk menciptakan suasana Ramadhan yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi jamaah.

“Kami menyiapkan berbagai fasilitas dan kegiatan menarik, seperti pemasangan 999 lampion di Taman GenZI dan pertunjukan laser show di air mancur serta kubah MAS saat waktu berbuka puasa,” ujarnya seperti dikutip dari laman masjidalakbar.or.id

2. Masjid Peneleh

Masjid Peneleh seluas 999 meter persegi ini memiliki 10 tiang kayu jati yang menjulang tinggi menyambung bagian langit-langit masjid.

Masjid Peneleh berdiri kokoh di Jalan Peneleh Gang V Surabaya, Jawa Timur. Masjid dengan artitektur kuno ini merupakan salah satu masjid tertua di Kota Pahlawan. Tidak ada literatur pasti mengenai sejarah berdirinya Masjid Peneneh atau Masjid Jami Peneleh.

Ketua takmir Masjid Jami Peneleh, Sofyan, mengatakan berdasarkan cerita turun temurun, Masjid Peneleh merupakan salah satu Masjid peninggalan Raden Rahmat atau Sunan Ampel, selain Masjid Rahmad dan Masjid Ampel sendiri.

Masjid yang dibangun sekitar abad ke 18 atau 1430 Masehi tersebut sebagai salah satu metode penyebaran agama Islam di perkampungan Peneneh yang saat itu masyarakatnya beragam dan hidup damai.

Masjid seluas 999 meter persegi ini memiliki 10 tiang kayu jati yang menjulang tinggi menyambung bagian langit-langit masjid. Sepuluh tiang utama penyangga atap ini disebut Soko Guru yang melambangkan 10 malaikat Allah. Jika diperhatikan, arsitektur Masjid menyerupai perahu terbalik.

Kini, keberadaan Masjid ditengah perkampungan padat penduduk ini menjadi penyangga keimanan umat Islam ditengah gempuran hedonisme masyarakat urban. Setiap hari, Masjid selalu ramai aktifitas belajar mengajar keagamaan.

3. Masjid Agung Ampel

Selain niat ingin menjalankan salat dan dzikir di tempat yang tenang, banyak yang datang untuk ziarah ke makam Sunan Ampel

Baca juga: Catat! Ngabuburit di Jalur KA Dilarang

Masjid Agung Ampel adalah sebuah masjid kuno yang terletak di Desa Ampel, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Masjid ini didirikan pada tahun 1421 oleh Sunan Ampel yang di dekatnya terdapat Kompleks Pemakaman Sunan Ampel.

Di kawasan ini ada yang menarik yaitu keberadaan Kampung Arab yang sebagian besar ditempati keturunan Arab Yaman dan Cina yang sudah menetap ratusan tahun untuk berdagang. Suasana kehidupan para pedagang ini nyaris seperti suasana di Makkah.

Saat memasuki bulan Ramadan, Masjid Agung Sunan Ampel menjadi salah satu kawasan yang paling dicari. Selain niat ingin menjalankan salat dan dzikir di tempat yang tenang, banyak yang datang untuk ziarah ke makam Sunan Ampel

4. Masjid Rahmat Kembang Kuning

Pada bulan Ramadan, Masjid Rahmat kerap mengadakan kegiatan keagamaan. Masjid dibuka 24 jam penuh untuk memfasilitasi umat Islam yang ingin beribadah dan mengikuti kegiatan Ramadan.

Masjid Rahmat berada di Jl. Kembang Kuning No. 79-81 dan merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Raden Rahmat atau Kanjeng Sunan Ampel.

Awal mula berupa mushalla atau langgar tiban. Masjid ini dibuat 2 lantai dengan gaya bangunan klasik dan lokal. Tedapat 5 pintu pilar di serambi masjid, seperti daun semanggi. Saat ini luas bangunan Masjid Rahmat yaitu 850m2 dilengkapi pelataran parkir.

Pada bulan Ramadan, Masjid Rahmat kerap mengadakan kegiatan keagamaan. Masjid dibuka 24 jam penuh untuk memfasilitasi umat Islam yang ingin beribadah dan mengikuti kegiatan Ramadan.

5. Langgar Dukur Kayu

Langgar Dukur Kayu inipun telah ditetapkan oleh pemerintah kota Surabaya sebagai bangunan cagar budaya pada tanggal 10 Nopember 2019.

Sebagai kota Pahlawan, Surabaya memiliki banyak cerita tentang kisah heroik perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. Jejak-jejak perjuanganpun terus digali oleh masyarakat dan pemerintah untuk memperkuat jati diri sebagai kota Pahlawan.

Baca juga: Ramadhan 2025 di Masjid Al-Akbar Surabaya: 999 Program untuk Masyarakat Ceria dan Bahagia

Salah satunya yaitu Langgar Dukur Kayu. Langgar kuno berdinding kayu sisik ini berdiri ditengah-tengah perkampungan padat penduduk, tepatnya di kampung Lawang Seketeng, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya. Langgar seluas 39 meter ini konon didirikan oleh beberapa ulama yang berdiam di kampung Lawang seketeng pada tahun 1893 silam.

Entitas sejarah pendirian Langgar itu dibuktikan oleh sebuah prasasti bertuliskan bahasa arab yang ada di mimbar langgar. Dalam bahasa Jawa, tulisan arab tersebut berbunyi "Awitipun Jumeneng Puniko Langgar Tahun 1893 sasi setunggal". Artinya bangunan ini didirikan pada tahun 1893 bulan pertama.

Selain itu, juga ada sejumlah peninggalan kuno yang ada didalam Langgar. Ada sebuah Al-Quran bertuliskan tangan yang disetiap lembarnya terdapat stempel air kerajaan Hindia-Belanda. Di atas Langgar juga ditemukan sebuah tongkat mimbar menyerupai pusaka tombak. Jika dikasih minyak, ujung tombak keluar pamornya seperti lengkukan huruf arab.

Pada dinding Langgar Kayu terpajang sebuah pigora pembingkai lembaran bertuliskan rumusan ilmu falaq. Lembaran ini mencatat jadwal sholat dan jadwal hari besar umat Islam. Lembaran lainnya yang cukup kuno yakni catatan ilmu tahun masehi. Grendel atau kunci pintu Langgar pabrikan Belandapun masih utuh dengan mereknya.

Pada zaman kolonial lantai bawah Langgar Dukur Kayu ini adalah tempat berkumpulnya para pejuang, pemuda-pemuda ansor dan pemuda dari Partai Nahdatul Ulama. Ditempat itu pula, HOS Cokroaminoto berunding dengan tokoh bangsa lainnya saat jaman penjajahan. Plakat Partai NU masih menempel utuh di lantai bawah Langgar.

Konon, Presiden RI pertama Soekarno semasa masih kecil juga pernah belajar mengaji di lantai bawah Langgar Dukur Kayu. Salah satu guru ngaji Soekarno kecil yaitu Mbah Pitono yang makamnya berada di gang III tak jauh dari Langgar. Mbah Pitono ini dipercaya masyarakat adalah guru ngaji Bung Karno semasa kecil.

Langgar Dukur inipun telah ditetapkan oleh pemerintah kota Surabaya sebagai bangunan cagar budaya pada tanggal 10 Nopember 2019. Dalam keseharian, Langgar masih dipergunakan mengaji, sholat,taraweh dan pengajian. Apabila ada hajatan, dilantai bawah selalu dipakai tahlil, yasin hingga latihan hadrah.

6. Langgar Gipo

Langgar Gipo pernah menjadi salah satu markas Laskar Hizbullah saat revolusi fisik melawan penjajah.

Langgar yang berdiri kokoh dikawasan wisata religi Sunan Ampel sejak 300 tahun silam ini menjadi tonggak sejarah pengembangan keagamaan, sekaligus ruang diskusi melawan penjajah dibawah kendali Ketua Umum PBNU pertama KH. Hasan Gipo. Langgar Gipo juga menjadi salah satu markas Laskar Hizbullah saat revolusi fisik melawan penjajah.

Langgar Gipo saat ini difungsikan sebagai tempat ibadah, sekaligus cagar budaya. Dengan begitu dapat menjadi referensi sejarah yang bisa diketahui oleh seluruh masyarakat, sekaligus akan membuka akses perekonomian sekitarnya

Editor : Alim Perdana

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru