Menjawab Tantangan Zaman dengan Menjadi Pemuda Yang Solutif

Fuad Benardi, Anggota DPRD Jatim dalam sebuah acara diskusi di Surabaya. foto: ayojatim/ist.
Fuad Benardi, Anggota DPRD Jatim dalam sebuah acara diskusi di Surabaya. foto: ayojatim/ist.

SURABAYA - Tepat seabad hampir berlalu sejak ikrar tiga sumpah suci diucapkan, kita kembali menapaki jejak sejarah pada 28 Oktober 2025, Hari Sumpah Pemuda ke-97.

Di tengah hiruk-pikuk tantangan zaman, pertanyaan mendasar kembali menggema, sudahkah generasi muda hari ini mewarisi ketangguhan para pendahulu yang berani melebur perbedaan demi satu cita-cita kemerdekaan?

Di ruang pertemuan Hotel Leedon, Jalan Jaksa Agung Suprapto No.37, Surabaya, Selasa (28/10/2025) malam, sebuah diskusi penting berlangsung.

Dalam acara bertajuk Pengembangan Jasa Industri Menuju Indonesia Emas 2045, Fuad Benardi, Anggota DPRD Jawa Timur, menyampaikan kegelisahan yang mungkin juga dirasakan banyak pihak tentang kondisi pemuda masa kini.

"Berbeda dengan pendidikan yang kita terima dulu yang ditempa dengan keadaan dan tantangan. Anak muda sekarang kurang tangguh dalam menghadapi tantangan. Terutama di dunia kerja. Banyak anak muda yang pilih-pilih dalam bekerja," ujar Fuad Benardi.

Pernyataan ini bukan bermaksud menghakimi, melainkan membuka ruang refleksi. Di era modern dengan segala kemudahan teknologi dan aksesibilitas informasi, generasi muda justru dihadapkan pada tantangan berbeda, tantangan yang menguji ketahanan mental dan karakter.

Globalisasi yang membawa arus informasi tanpa batas, tekanan sosial media, dan ekspektasi yang tinggi menciptakan lanskap persaingan yang kompleks.

Menurut Fuad, menjadi pemuda yang solutif adalah kunci, dan jangan sampai anak-anak muda saat ini menjadi individu yang manja. Lantas, bagi para orang tua sebagai pengawas, biarkan anak-anak berkembang.

"Saat musim pendaftaran sekolah, yang bingung itu orang tuanya. Daftarkan ke sekolah mana ya, yang ribet orang tuanya. Kalau zaman saya dulu, kalau daftar sekolah ya daftar sendiri. Nah, jadi di sini bedanya. Mungkin hal-hal seperti ini yang membentuk karakter anak-anak muda," papar dia.

Pengalaman menghadapi tantangan sejak dini, sekecil apapun, ternyata memiliki dampak besar dalam pembentukan karakter. Kemandirian yang dipupuk melalui kesempatan mengambil keputusan dan menghadapi konsekuensinya merupakan tempaan yang membentuk mental tangguh.

Ini sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda, di mana para pemuda dari berbagai latar belakang mampu mengesampingkan ego kedaerahan dan bersatu demi cita-cita yang lebih besar.

"Dengan mempertajam minat bidang dan keinginan anak-anak muda saat ini, maka ke depan peluang kerja akan mengikuti. Saya yakin, jika anak-anak muda mulai saat ini dapat mempertajam spesialisasinya maka ke depan mereka ini dapat menjawab tantangan menuju Indonesia emas di 2045," tegasnya.

Visi Indonesia Emas 2045 memerlukan generasi yang tidak hanya memiliki keahlian teknis, tetapi juga karakter yang kuat dan kemampuan beradaptasi.

Di sinilah relevansi Sumpah Pemuda terasa begitu nyata, persatuan bukan berarti keseragaman, melainkan sinergi dari keberagaman keahlian dan bakat yang saling melengkapi.

Setiap pemuda dengan spesialisasinya masing-masing berkontribusi untuk membangun Indonesia yang lebih maju.

Pendidikan Karakter dan Bahaya PerundunganUntuk membentuk karakter anak muda yang tangguh dan mampu menjawab tantangan zaman, Fuad juga menjelaskan bahaya bullying kepada anak-anak di sekolah. Hal ini berdampak pada pembentukan karakter individu.

"Pendidikan karakter juga sangat penting. Jangan sampai bullying ini membuat karakter anak muda jadi lembek," urai Ketua Karang Taruna Surabaya 2019-2024 itu.

Dalam kesempatan itu, Fuad juga menjelaskan, jika perundungan atau bullying memang menjadi ancaman serius bagi pembentukan karakter positif.

Lingkungan yang tidak aman secara psikologis akan menghambat perkembangan keberanian, kepercayaan diri, dan kemampuan berempati, nilai-nilai yang justru sangat dibutuhkan untuk membangun bangsa yang bersatu.

"Pendidikan karakter yang menanamkan nilai persatuan, toleransi, dan saling menghormati sebagaimana semangat Sumpah Pemuda menjadi fondasi penting dalam mencegah perundungan dan membentuk generasi yang tangguh namun tetap humanis," pungkas Fuad.

Hari Sumpah Pemuda ke-97 ini mengingatkan kita bahwa ikrar "satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa persatuan" yang diucapkan pada 28 Oktober 1928 bukanlah sekadar peristiwa masa lalu. Ia adalah komitmen yang harus terus diperbaharui dan dihidupkan dalam konteks tantangan zaman.

Persatuan yang dimaksud bukan hanya persatuan geografis atau politis, tetapi juga persatuan dalam membangun karakter bangsa.

Generasi muda dituntut untuk menjadi agen perubahan (agent of change) yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kematangan emosional, integritas moral, dan ketangguhan mental untuk menghadapi dinamika kehidupan yang semakin kompleks.

Di ujung hari ini, ketika matahari terbenam di ufuk timur Surabaya, pertanyaan kembali terdengar, akankah generasi muda hari ini mampu mewarisi dan meneruskan semangat para pendahulu? Jawabannya bukan terletak pada nostalgia masa lalu, melainkan pada aksi nyata hari ini, dalam setiap keputusan untuk mandiri, setiap pilihan untuk mengembangkan keahlian, setiap upaya melawan perundungan, dan setiap langkah membangun kolaborasi lintas perbedaan.

Pada akhirnya, Indonesia Emas 2045 bukan hanya tentang pencapaian ekonomi atau teknologi, tetapi tentang terciptanya generasi yang berkarakter tangguh, berintegritas, dan bersatu dalam keberagaman. Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-97. Pemuda pemudi bergerak, Indonesia bersatu.

Editor : Diday Rosadi