SURABAYA - Konsumsi mikroplastik di Indonesia mencapai angka yang mengkhawatirkan. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Environmental Science & Technology (2024) memperkirakan konsumsi mencapai 15 gram per kapita per bulan, setara dengan tiga kartu ATM. Namun, sumbernya tak hanya terbatas pada sampah plastik sekali pakai.
Penelitian terbaru oleh ECOTON mengungkapkan fakta mengejutkan: kantong teh celup juga menjadi penyumbang signifikan mikroplastik dalam tubuh.
ECOTON, lembaga riset lingkungan, melakukan uji terhadap lima merek teh celup populer di Indonesia: Sosro, Poci, Sari Murni, Sariwangi, dan Tong Tji. Dua metode penyeduhan diuji: merendam kantong teh dalam air mendidih (95°C), dan menambahkan kantong teh ke air yang sudah mendidih. Hasilnya?
"Semua merek teh celup yang kami uji mengandung mikroplastik," ungkap Rafika Aprilianti, peneliti mikroplastik ECOTON.
Rafika menjelaskan proses pemanasan melepaskan mikroplastik dari kantong teh ke dalam air seduhan.
"Jenis plastik yang digunakan berpengaruh pada seberapa mudah ia terurai menjadi mikroplastik saat terkena panas, sinar UV, dan gesekan," tambahnya. Akibatnya, partikel mikroplastik ini tertelan bersama teh.
Bahaya mikroplastik bagi kesehatan tak bisa dianggap remeh. Rafika memperingatkan bahwa mikroplastik adalah partikel asing bagi tubuh. Setelah tertelan, ia dapat masuk ke aliran darah dan menyebar ke berbagai organ, menyebabkan peradangan, gangguan hormon, bahkan kanker.
"Akumulasi mikroplastik dalam jangka panjang (bioakumulasi) dapat memicu masalah kesehatan serius lainnya seperti stres oksidatif dan kerusakan sel," terangnya.
Sebagai solusi, ECOTON merekomendasikan kembali ke metode tradisional menyeduh teh: menggunakan teh daun tanpa kantong teh dan menyaringnya dengan saringan stainless steel, teko, atau French press.
"Cara ini lebih alami, lebih sehat, dan lebih ramah lingkungan," tutup Rafika.
Penelitian ini menyadarkan kita akan pentingnya memilih produk yang lebih bertanggung jawab dan mengurangi konsumsi mikroplastik dalam kehidupan sehari-hari.
Editor : Amal Jaelani