SURABAYA - Melalui Kegiatan Tengah Sekolah (KTS), SMP Labschool Unesa 3 terus mengembangkan pendidikan karakter bagi peserta didiknya.
Dian Hijrah Saputra, Kepala SMP Labschool Unesa 3, menjelaskan jika tahun ini mereka berfokus pada peternakan sapi perah dan pengolahan sampah di Kota Wisata Batu. Pembelajaran di luar kelas di Kota Wisata Batu untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik dalam memahami proses produksi dan pemanfaatan limbah.
"Di peternakan sapi perah, siswa belajar bagaimana susu diperah, diproses, dan dikembangkan menjadi berbagai produk turunan seperti keju, yogurt, atau susu fermentasi. Ini membuka wawasan mereka bahwa dari satu produk utama, bisa dihasilkan banyak inovasi lain yang bernilai ekonomi," ujarnya.
Kunjungan ke pusat pengolahan sampah mengajarkan siswa bahwa limbah yang dianggap tidak berguna dapat diolah menjadi barang bernilai. Dengan program tersebut pihak sekolah berharap bahwa pendidikan karakter juga harus berorientasi pada pembentukan pola pikir kreatif dan solutif, termasuk juga mengubah cara pandang siswa terhadap berbagai peluang usaha, khususnya dalam sektor peternakan dan pengolahan limbah.
"Kami ingin siswa memahami bahwa sampah bukan sekadar sesuatu yang dibuang, tetapi bisa diolah menjadi produk turunan seperti pupuk organik, biogas atau barang kerajinan. Ini adalah keterampilan berpikir inovatif yang harus dimiliki sejak dini," tambahnya.
Selanjutnya, Dian juga menjelaskan bahwa sebagai bagian dari proses pembelajaran, peserta didik diwajibkan menyusun laporan berbentuk makalah yang menguraikan temuannya selama kunjungan.
Laporan tersebut, lanjutnya, tidak hanya melatih peserta didik dalam menulis secara sistematis, tetapi juga membentuk pola pikir ilmiah dan analitis.
Para siswa juga dibekali dengan lembar kerja observasi yang mengandung pertanyaan pemantik. Hal tersebut bertujuan agar mereka mampu menggali lebih dalam dan mengembangkan ide baru dari apa yang mereka pelajari.
"Makalah ini nantinya akan dipublikasikan dalam bentuk cetak maupun e-book di website sekolah, sehingga bisa menjadi referensi bagi adik kelas mereka," tuturnya.
Dian menegaskan bahwa pendidikan karakter juga harus berorientasi pada pembentukan pola pikir kreatif dan solutif.
"Kami ingin siswa tidak hanya memahami konsep, tetapi juga berpikir bagaimana mengembangkan inovasi dari apa yang mereka pelajari. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga pencipta nilai ekonomi di masa depan," pungkas Dian.
Sementara itu, Livia Putri Amiranti, siswi kelas 8C SMP Labschool Unesa 3, mengaku mendapatkan banyak wawasan baru dengan mengikuti KTS tersebut.
"Saya jadi tahu bahwa peternakan sapi perah bukan hanya tentang memelihara sapi, tetapi juga bagaimana mengolah susu menjadi berbagai produk seperti keju dan yogurt. Ini membuat saya berpikir bahwa suatu produk bisa dikembangkan lebih jauh dan memiliki nilai ekonomi tinggi," ujar Vivi, sapaan akrabnya.
Editor : Redaksi