ayojatim.com skyscraper
ayojatim.com skyscraper

Surat Terbuka Buat Kemenristekdikti

Ulul Albab, Akademisi Universitas Dr. Soetomo dan Ketua ICMI Jawa Timur. Foto/Dok Pribadi
Ulul Albab, Akademisi Universitas Dr. Soetomo dan Ketua ICMI Jawa Timur. Foto/Dok Pribadi

Mengapa Dosen Menulis di Media Massa Harus Diberi Penghargaan Lebih?

DOSEN dan MEDIA MASSA. Dua hal yang kadang terlihat seperti dua dunia yang terpisah. Dosen, dengan segala penelitian dan pemikirannya, sering kali terperangkap di dalam dinding-dinding akademik. Sedangkan media massa, dengan semua dinamika dan kecepatan informasinya, tampak jauh dari dunia ilmiah yang begitu serius.

Tapi, tahukah kita? Jika dua dunia ini bisa bersatu, manfaatnya luar biasa, bukan hanya untuk dunia akademik, tetapi untuk masyarakat luas.

Namun, inilah masalahnya: meskipun menulis di media massa memiliki dampak besar, kontribusi dosen melalui tulisan tersebut tidak mendapat pengakuan yang sebanding dalam penilaian angka kredit (kum). Dan ini adalah salah satu alasan kenapa kami rasa sudah saatnya kita mengusulkan agar pemerintah meninjau kembali kebijakan tersebut.

Dosen Menulis, Masyarakat Mendapat Ilmu

Apa yang seharusnya menjadi tugas utama seorang dosen? Tentu saja, mengajar dan mendidik mahasiswa. Tapi lebih dari itu, dosen juga memiliki tanggung jawab yang jauh lebih besar, yakni mengembangkan ilmu pengetahuan dan menyebarkannya kepada masyarakat.

Tugas ini bukan hanya sekedar mengajar di kelas, tetapi juga menjawab pertanyaan-pertanyaan besar yang ada di luar kampus. Salah satu cara yang paling efektif untuk menjangkau masyarakat luas adalah melalui tulisan di media massa.

Menulis di media massa adalah pengabdian yang sangat nyata. Ketika seorang dosen menulis tentang isu terkini, penelitian terbaru, atau bahkan pandangan ilmiah yang bisa membentuk opini publik, dia bukan hanya sekedar berbagi pengetahuan, tetapi juga mengedukasi masyarakat.

Artikel yang ditulis di media massa seringkali membuka wawasan baru, memberi pencerahan, dan bahkan mempengaruhi kebijakan publik.

Sayangnya, meskipun dampaknya besar, kontribusi dosen melalui tulisan di media massa mendapat angka kredit yang terbilang kecil. Padahal, dosen yang menulis di media massa berperan sebagai jembatan antara dunia akademik dan masyarakat. Ini adalah jembatan yang sangat penting.

Tanpa jembatan ini, banyak ide dan pemikiran ilmiah hanya akan mengendap di rak-rak perpustakaan universitas, tanpa bisa memberikan manfaat nyata bagi kehidupan sehari-hari.

Dosen Menulis, Meningkatkan Relevansi Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan seharusnya tidak hanya dipahami dalam ruang terbatas yang hanya diakses oleh kalangan akademisi. Ilmu pengetahuan adalah miliki bersama yang harus bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Itu sebabnya, menulis di media massa menjadi sangat penting. Dosen yang menulis tidak hanya mengasah pikirannya, tetapi juga menghubungkan temuan ilmiah dengan masalah nyata di masyarakat.

Ketika seorang dosen menulis tentang penelitian perubahan iklim, misalnya, artikel tersebut bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah atau menggerakkan aksi sosial di masyarakat.

Sebaliknya, tulisan mengenai perkembangan teknologi atau pendidikan bisa memberikan pencerahan bagi para praktisi dan pengambil keputusan di luar dunia kampus. Ini adalah contoh nyata bagaimana menulis di media massa membawa pengaruh langsung terhadap masyarakat.

Namun, semua itu akan sia-sia jika kontribusi tersebut hanya dihargai sedikit oleh sistem angka kredit yang ada saat ini. Dosen yang menulis di media massa seharusnya mendapat pengakuan yang lebih besar karena mereka sudah melakukan pengabdian kepada masyarakat yang nyata.

Peningkatan Kum yang Layak

Mengapa Kemenristekdikti masih memberikan nilai kum yang kecil untuk dosen yang menulis di media massa? Bukankah pengaruh tulisan mereka jauh lebih besar daripada angka kredit yang tercatat?

Dengan memberikan penghargaan yang lebih besar, kita bisa mendorong lebih banyak dosen untuk berkontribusi melalui tulisan yang tidak hanya berbobot secara ilmiah, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat.

Menulis di media massa bukan hanya tentang mendapatkan kum, tetapi tentang meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan tinggi. Ketika semakin banyak dosen yang menulis, semakin besar pula kemungkinan bahwa ilmu yang diajarkan di kampus bisa memberikan dampak yang lebih luas. Kita berbicara tentang transformasi sosial, bukan hanya sekadar angka kredit.

Jika kita ingin dunia akademik lebih berperan aktif dalam pembangunan bangsa, kita harus mendorong dosen untuk terlibat lebih banyak lagi dalam penulisan di media massa.

Kemenristekdikti bisa memulainya dengan meningkatkan penghargaan terhadap kegiatan menulis ini, agar para dosen tidak hanya terjebak dalam dunia teori yang terbatas, tetapi juga bisa memberikan kontribusi yang langsung terasa oleh masyarakat.

Waktu untuk Perubahan

Kemenristekdikti, sebagai lembaga yang berperan besar dalam perkembangan dunia pendidikan, sudah seharusnya lebih menghargai kontribusi dosen di luar kampus. Menulis di media massa bukan hanya sekedar kegiatan tambahan, tapi adalah bagian dari tugas mulia dosen sebagai pengabdi ilmu dan masyarakat. Ini adalah cara kita untuk memastikan bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang di perguruan tinggi tidak hanya bermanfaat untuk akademisi, tetapi juga untuk kemajuan bangsa.

Tentu saja, setiap kebijakan pasti ada pertimbangannya. Tetapi, di zaman sekarang, di era di mana informasi begitu cepat berkembang, sudah saatnya kita memberikan penghargaan yang lebih sesuai bagi dosen yang aktif menulis di media massa. Mereka tidak hanya menulis untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk masyarakat luas. Dan itu layak untuk dihargai lebih.

Penulis: Ulul Albab
Akademisi Universitas Dr. Soetomo
Ketua ICMI Jawa Timur

 

 

Editor : Alim Perdana