ayojatim.com skyscraper
ayojatim.com skyscraper

Mengenal Budaya Tuli, Staf Hotel Midtown Hotels Indonesia Belajar Bahasa Isyarat

Karyawan dan staf Midtown Hotels Indonesia Belajar bahasa isyarat untuk mengenal Budaya Tuli.  Foto/Ayojatim
Karyawan dan staf Midtown Hotels Indonesia Belajar bahasa isyarat untuk mengenal Budaya Tuli. Foto/Ayojatim

SURABAYA - Kepedulian terhadap penyandang Tuli (Tunarungu) diwujudkan Midtown Hotels Indonesia dengan mengundang karyawan hotel yang ada di Surabaya untuk mengikuti workshop tentang Budaya Tuli. Hal tersebut dilakukan untuk belajar bahasa isyarat, sekalligus untuk menambah wawasan baru dengan kelas pengenalan budaya Tuli untuk para karyawan hotel mulai dari tim resepsionis, pramusaji, tim Human Resources, kepala departemen restoran hingga General Manager saat berinteraksi dengan pertimbangan Tunarungu saat menjadi tamu hotel.

Dony Manuarva selaku Corporate General Manager Midtown Hotels Indonesia menjelaskan bahwa, program pengenalan budaya Tuli dan bahasa isyarat ini diharapkan bisa menjadikan value lebih sebagai profesi pekerja bidang perhotelan yang dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik kepada semua tamu yang datang tanpa terkecuali.

"Seperti tamu yang berkebutuhan khusus termasuk teman Tuli,” ungkapnya Senin (19/8/2024).

Istilah Tuli sendiri lebih akrab dengan sebutan Tunarungu merupakan istilah medis yang bermakna kehilangan indera pendengaran. Namun kini istilah Tuli lebih familiar digunakan dengan penulisan huruf kapital di awal “T” yang memiliki makna positif serta lebih nyaman untuk menandakan identitas mereka.

Para peserta atau yang mereka sebut sebagai teman dengar, merupakan staf dari beberapa hotel seperti, Midtown Hotel Surabaya, Midtown Residence Surabaya, Crown Prince Hotel Surabaya dan Verwood Hotel & Serviced Residence Surabaya. Mereka dipandu oleh tim TIBA (Tim Bisindo Dan Aksesibilitas Surabaya) dan TATULI (Cerita Teman Tuli) Surabaya.

Materi tentang budaya Tuli seperti bagaimana cara berkomunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan Bisindo atau Bahasa Isyarat Indonesia yang dilakukan dengan ekspresi dan gestur, menggunakan bahasa verbal dengan cara melihat gerak bibir dan melalui tulisan bisa menggunakan goresan pena ataupun melalui gadget, dijelaskan Wawan perwakilan TIBA dengan antusias.

Para peserta juga diajak belajar bahasa isyarat abjad huruf A hingga Z oleh Kak Abhi dari TATULI.

Dengan sabar dan luwes Kak Abhi memberikan praktek dalam menggerakkan jemarinya membentuk semua huruf secara bergantian. Sesekali gerakan mengangkat tangan dan membuka telapak tangan serta menggoyang-goyangkannya sebagai pertanda tepuk tangan karena sudah terjadi komunikasi yang berhasil dan menyenangkan.

Corporate Public Relations Midtown Hotels Indonesia, Kus Andi juga mengajak para peserta untuk berkomunikasi dua arah, antara Teman Tuli dan Teman Dengar.

"Bukan hanya teman Tuli saja yang berusaha untuk mengerti, namun kita sebagai teman dengar juga harus mampu beradaptasi dengan budaya teman Tuli," ungkapnya.

Kelas Budaya Tuli diakhiri dengan bermain game, dimana para peserta harus berbaris berisi 10 orang berjajar kebelakang. Mereka ditugaskan untuk menyampaikan kalimat rahasia, yang sudah ditentukan. Selanjutnya mereka dan menyampikannya kembali kepada teman lainnya secara bergantian menggunakan bahasa isyarat tanpa suara, hanya gerakan tangan.

"Luar biasa seru, ini pengalaman pertama belajar bahasa isyarat yang nantinya bisa membantu saya sebagai resepsionis hotel,” ujar Fitri, resepsionis hotel Midtown Residence Surabaya menceritakan pengalamannya.

Editor : Redaksi