SURABAYA – Anak dengan hipersensitivitas taktil membutuhkan pendekatan pendidikan yang personal dan berkelanjutan.
Sekolah Cikal Surabaya, sebuah sekolah inklusi di Surabaya Barat, berkomitmen mendukung perkembangan optimal anak-anak ini melalui berbagai program dan fasilitas yang dirancang khusus.
Baca juga: Memahami Hipersensitivitas Taktil, Tantangan dan Pendampingan Anak di Sekolah
Zana Fahrina Inayanti, Co-Associate Pendidikan Inklusi Sekolah Cikal Surabaya, menjelaskan tiga strategi utama yang diterapkan sekolah tersebut:
1. Program Motorik Fungsional untuk Integrasi Sensori
Sekolah Cikal merekomendasikan program motorik fungsional bagi murid dengan Tactile Hypersensitivity Disorder.
Program ini berfokus pada integrasi sensori, yaitu proses memahami berbagai rangsangan panca indra untuk menghasilkan respons yang tepat.
"Kami merekomendasikan program motorik fungsional yang bertujuan meningkatkan kemampuan sensori. Selain itu, setiap guru berupaya memberikan stimulasi sensori dalam program pembelajaran lainnya, misalnya dengan memilih media belajar yang tepat," jelas Zana.
Baca juga: Kontroversi Jam Efektif Sekolah di Jawa Barat, Apakah Kebijakan Ini Benar-benar Berpihak pada Anak?
2. Penentuan Tujuan Belajar dan Asesmen yang Dipersonalisasi
Pendekatan personalisasi dimulai sejak sebelum murid masuk Sekolah Cikal. Observasi dilakukan untuk memahami kebutuhan dan kelebihan setiap anak sebelum menentukan tujuan belajar yang tepat.
"Kami melakukan observasi sebelum murid masuk untuk mengetahui kebutuhan dan kelebihannya. Kemudian, kami menentukan tujuan belajar yang tepat untuk menstimulasi peningkatan kemampuan sensorik anak agar terbiasa dengan berbagai tekstur," terang Zana.
3. Fasilitas Inklusif untuk Kebutuhan Sensorik
Baca juga: Orang Tua, Pahami Cara Tepat Apresiasi Anak agar Belajar Makin Semangat!
Sekolah Cikal Surabaya menyediakan fasilitas inklusif untuk mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus, termasuk mereka dengan hipersensitivitas taktil.
Fasilitas ini membantu meningkatkan keterampilan motorik dan keseimbangan melalui berbagai aktivitas, termasuk terapi grounding.
"Kami memiliki ruang motorik untuk kebutuhan sensorik, motorik kasar, dan motorik halus. Ada juga kolam renang, green field dengan rumput sintetis, dan area terbuka untuk terapi grounding, serta berbagai media belajar lainnya," tutup Zana.
Editor : Alim Perdana