Morula IVF Surabaya

Kisah Inspiratif Nur Endah Wahyuningsih, Keajaiban Melahirkan di Usia 46 Tahun : 1 Embrio, 1 Persen Peluang, 2 Bayi

ayojatim.com
Pasangan Nur Endah Wahyuningsih (46) asal Magelang dan Jordy Bertrand asal Belanda (44), bersama dr. Benny di Morula IVF Surabaya. Foto/Ayojatim

SURABAYA – Pasangan Nur Endah Wahyuningsih (46) asal Magelang dan Jordy Bertrand asal Belanda (44), menjadi sebuah insprirasi bagi banyak orang karena kegigihannya dalam upaya memiliki buah hati di usia yang sudah tidak muda lagi, yaitu pada usia 46 tahun.hal tersebut juga membuktkan bahwa, perjalanan ini adalah bukti bahwa harapan selalu ada, bahkan ketika peluang terasa begitu kecil.

Jalan yang mereka tempuh tidaklah mudah. Di usia 46 tahun, keberhasilan Nur untuk hamil saja sudah merupakan pencapaian luar biasa. Namun yang membuat kisah ini semakin langka dan mengharukan adalah kehamilan kembar identik.

Baca juga: Baby Happy Gelar Festival Edukasi, Ajak Orang Tua Cegah Ruam Popok dan Dukung Tumbuh Kembang Optimal Si Kecil

Keajaiban itu nyata

Perjuanagan mereka dimulai dari pertemuan mereka yang berusaha memiliki anak Dengan proses bayi tabung. Dalam proses itulah mereka dipertemukan dengan dengan dr. Benny di Morula IVF Surabaya. Setelah diskusi, berdasarkan evaluasi dari tim Morula IVF Surabaya, proses awal diputuskan untuk melakukan penanaman satu embrio euploid (embrio dengan kromosom normal) hasil PGT-A (Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidies) pada tahun 2025.

Dan, upaya merekapun berbuah manis, sebuah harapan yang dinanti-nantikan, sebuah keajaiban yaitu kehamilan pada program IVF kelima dengan hasil kembar identik di usia Nur Endah yang ke-45.

Menurut dr. Benny di Morula IVF Surabaya, kembar identik di usia Nur Endah yang ke-45 juga memrupakan sebuah anugerah dan keajaiban secara medis. Belum lagi, kehamilan pada usia 46 tahun merupakan kondisi yang tergolong berisiko tinggi, khususnya terkait potensi terjadinya kelainan genetik pada janin. Namun, kondisi tersebut tidak terjadi pada pasangan ini. Berkat pemanfaatan teknologi Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A) di Morula IVF Surabaya, proses seleksi embrio terbaik dapat dilakukan secara cermat, sekaligus mendeteksi kemungkinan kelainan genetik sebelum embrio ditransfer ke dalam rahim.

“Sesuatu yang secara medis memiliki kemungkinan sangat kecil, bahDkkan hanya 1 dari 10.000 kasus,” ungkap dokter Benny.

Baca juga: HKJS 2025: SURABAYA dan Refleksi Warisan Perjuangan Sebagai Kota Pahlawan

Bahkan, dr. Benny, juga menjelaskan jika kemungkinan hamil dengan satu embrio yang ditransfer pada usia 45-46 tahun adalah sekitar 1%. Sementara kemungkinan satu embrio yang ditransfer bisa berkembang menjadi kembar identik juga sekitar 1%. Maka, pada pasien ini, kemungkinan yang terjadi adalah hanya 1 dari 10.000.

“Tak kuasa saya menahan haru, seakan ada yang mengganjal di leher saya. Meski sudah tertutup masker dan jubah operasi, debaran hati dan luapan kelegaan membuat keringat serta air mata bercampur,” ungkap dr. Benny.

Melalui upaya tersebut, pasangan ini akhirnya dianugerahi sepasang bayi kembar, yang kebetulan identik, identik yang lahir dalam keadaan yang sehat. Sebuah pencapaian yang mencerminkan bagaimana kemajuan teknologi reproduksi berbantu dapat memberikan harapan nyata bagi mereka yang berjuang di usia tidak lagi muda.

“Tuhan bekerja melalui siapa saja. Saya merasa Tuhan memberikan jalan bagi saya untuk menjadi dokter kandungan dan dokter bayi tabung agar bisa menjadi saksi dari banyak keajaiban dan kebahagiaan yang tercipta,” tambahnya.

Baca juga: Aksi Unjuk Rasa Penolakan UU TNI di Surabaya Berujung Ricuh

Bagi sebagian orang, menanti mungkin sekadar proses. Namun bagi pasangan ini, setiap langkah adalah ujian kesabaran, setiap doa adalah harapan yang digantungkan sepenuh hati. Di balik senyum yang tampak, tersimpan perjalanan panjang penuh keteguhan, air mata, dan keyakinan yang tak pernah padam.

Perjuangan pasangan ini menjadi bukti nyata bahwa ketekunan, doa, dan ikhtiar bisa membuahkan hasil luar biasa. Menurut dr. Benny, banyak orang yang ketika sudah memasuki usia 40-an akhirnya memilih pasrah atau menyerah karena merasa segalanya sudah terlambat.

Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi semua pasangan yang masih menanti. Jangan pernah padamkan semangat, terutama bagi para pejuang garis dua.

Editor : Amal Jaelani

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru