Ning Aisyah Berpulang dengan Mimpi Besar

Reporter : Redaksi
Ning Aisyah, semasa hidup. foto: eksan/ayojatim

BAK DISAMBAR petir di siang bolong, Bupati Hj dr Faida MMR (2015-2020) mengabarkan bahwa Ning Hj Siti Aisyah Masduki dalam kondisi terminal. Suatu kondisi tak sadarkan diri dan pada posisi perjuangan akhir melawan kanker. Tersiar kabar bahwa mantan istri KH Mufti Ali Ahmad ini berbaring sakit cukup lama.

Menurut dr Faida, Ning Aisyah dijemput langsung ke rumahnya di Paseban Kencong 6 bulan lalu untuk mendapat perawatan intensif dari Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS). Namun, kanker payudara yang deritanya menjadi penyebab menemui ajal. Inilah jalan pulang aktivis kemanusiaan dengan mimpi besar bagi masyarakat luas.

Baca juga: Spiritualitas Berbagi dari Lita Machfud Arifin

Sejak 2010 sampai menghembuskan nafas terakhir, saya relatif dekat dengan Ning Aisyah. Perjuangan elektoral yang banyak menyatukan kita dalam satu perahu. Pada Pilbup 2010, sama-sama mendukung pasangan Brigjen Polisi (Purn) Guntur Ariyadi-KH Abdullah Syamsul Arifin.

Waktu itu, Ra Mufti-Ning Aisyah sebagai Ketua Partai Persatuan Pembangunan Daerah (PPDI) bersama partai non parlemen yang lain, mendukung Guntur-Aab yang diusung oleh Partai Demokrat, PKB dan Barnas. Saya termasuk tim kampanye pasangan ini yang terpaksa harus puas dengan perolehan suara nomor 3 di bawah pasangan Djalal-Kusen dan Bagong-Halim.

Saya menyaksikan sendiri betapa Ning Aisyah dalam memperjuangkan sesuatu tak pernah tanggung. Ia benar-benar all out kendati harus menjual perhiasan yang dipakai untuk biaya kampanye Gus Aab tersebut. Selain bersama Ra Mufti mencari sokongan dana untuk memenuhi biaya kampanye pasangan jenderal polisi-kiai.

Kebersamaan pada saat Pilbup, terus berlanjut dengan Pileg 2014. Dimana Ning Aisyah merupakan caleg Partai NasDem Dapil Jember 6 (Puger, Gumukmas, Kencong dan Jombang) yang tandem dengan saya dan Kakak Taufiqulhadi. Kita bertiga membawa simbol 1,1,1. Sama-sama caleg nomor 1.

Saya dan Bang Taufiq terpilih menjadi anggota DPRD Propinsi Jawa Timur dan DPR RI. Sedang Ning Aisyah gagal, kendati Partai NasDem telah berjuang keras sampai ke Mahkamah Konstitusi (MK) dengan selisih tak kurang dari 7 suara dari Partai Golkar.

Cuma Ning Aisyah sedikit terobati oleh keterpilihan sang suami, Ra Mufti dari PKB Dapil Jember 1 (Kaliwates, Panti, Sukorambi, Patrang, Arjasa, Jelbuk dan Sukowono). Kebetulan keduanya nyaleg dari partai berbeda. Ra Mufti maju melalui PKB. Sedangkan, Ning Aisyah maju melalui NasDem.

Sebenarnya, Ning Aisyah pernah nyaleg dari PKNU pada Pileg 2009. Waktu, ia bersama suami pertama, H Imam memimpin partai besutan Cak Anam di Lumajang. Namun, ia tak berhasil mendapatkan kursi parlemen. Meski, PKNU memperoleh sejumlah kursi di DPRD Kabupaten Lumajang.

Baca juga: Spiritualitas Berbagi dari Lita Machfud Arifin

Yang menarik, kendati, perempuan kelahiran 5 Juni 1976 ini beberapa kali kalah dalam perjuangan elektoral, ia selalu terlibat dalam setiap momentum elektoral. Ning Aisyah punya pandangan bahwa kekuasaan itu jalan dakwah dalam melakukan amar ma'ruf nahi mungkar.

Sebagai putri keturunan trah Batuampar Madura, Ning Aisyah sangat gigih dalam membina muslimat dengan ragam kegiatan pengajian agama. Sampai untuk melayani umat, Ia harus mondar-mandir Indonesia-Malaysia sebelum jatuh sakit. Ia benar-benar aktivis muslimah yang selalu mengambil bagian dalam perjuangan elektoral.

Pada Pilbup 2015, Ning Aisyah adalah juru kampanye handal dari pasangan Faida-Muqit dalam meraih kemenangan. Ia berada dalam inner circle Faida yang acapkali mendampingi kampanye di basis jaringan keluarga dan alumini trah Kiai Masduki asal Batuampar. Ia keluar masuk pesantaran ke pesantren, dari kampung ke kampung, dari jamaah ke jamaah.

Sangat nyata, kontribusi Ning Aisyah dalam mengantarkan dr Faida menjadi orang nomor satu di Jember. Adalah wajar bila terbangun chemistry antara dua perempuan tangguh ini. Publik pasti bisa memamahami tindakan dr Faida menjemput langsung Ning Asiyah agar mendapat pelayanan kesehatan terbaik.

Baca juga: Reshuffle Indonesia Gelap

Kini, Ning Aisyah telah pulang dengan membawa serta cita besar menjadi penyambung lidah rakyat. Kegagalan mendapatkan kursi tak membuatnya kehilangan panggung. Sebab, ia sudah terbiasa jatuh bangun beserta perjalanan karier politik dan sosialnya selama beberapa dekade terakhir.

Ning Aisyah di akhir testemoni dr Faida mengatakan bahwa ia adalah relawan kemanusiaan RSBS, sahabat tercinta dan saudara terkasih. Ia seorang yang sangat peduli terhadap sesama.

Bahkan ia menulis buku Fikih Perempuan Pekerja yang disiapkan untuk karyawan perempuan. Selamat jalan Ning Aisyah, semoga kita yang ditanggalkan dapat mewujudkan mimpi besarmu. Amien.

Moch Eksan adalah Pendiri Eksan Institute

Editor : Diday Rosadi

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru