PUASA di bulan Ramadhan merupakan ibadah yang begitu istimewa bagi umat Islam. Selain sebagai kewajiban, puasa juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam menjalani ibadah puasa, ada hal yang lebih penting dari sekadar menahan lapar dan dahaga, yaitu bagaimana kita menjalankannya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadis yang sangat terkenal:
Baca juga: Bagaimana Skenario Harian Kita Selama Ramadhan Bagian-2
“Barangsiapa yang berpuasa dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini bukan hanya menggambarkan keutamaan puasa, tetapi juga memberi kita pemahaman yang mendalam tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi agar puasa kita diterima dan membawa hasil yang maksimal.
Lantas, apa makna dari hadis ini dan bagaimana cara kita memahami serta mengaplikasikan pesan-pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari?
1. Puasa dengan Penuh Iman
Kata “iman” dalam hadis ini mengandung makna yang sangat luas. Iman bukan hanya sekadar keyakinan dalam hati, tetapi juga pengamalan yang tercermin dalam setiap tindakan.
Puasa yang dilakukan dengan penuh iman berarti kita menjalankannya bukan hanya sebagai kewajiban semata, tetapi dengan keyakinan yang tulus bahwa puasa adalah perintah dari Allah yang harus dijalani dengan sepenuh hati.
Iman yang dimaksud dalam konteks ini juga berkaitan dengan keyakinan bahwa puasa memiliki manfaat yang besar, baik secara spiritual maupun sosial.
Allah SWT menjanjikan pahala yang besar bagi orang yang berpuasa, dan sebagai seorang Muslim yang beriman, kita meyakini bahwa segala amalan kita akan dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Imran: 133)
Bahkan, dalam hadis lain Rasulullah SAW menyebutkan bahwa Allah menjadikan puasa sebagai amalan yang sangat istimewa: “Puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberi balasannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan penuh iman, kita meyakini bahwa puasa yang kita lakukan akan memberi dampak positif dalam kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Iman membuat puasa kita menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan sekadar rutinitas fisik semata.
2. Mengharap Pahala Allah
Kata “mengharap pahala” juga menjadi elemen penting dalam hadis ini. Tidak cukup hanya berpuasa, tetapi kita harus memiliki harapan yang kuat akan pahala yang akan diberikan oleh Allah. Ini menunjukkan bahwa niat kita saat berpuasa harus benar-benar tulus dan semata-mata untuk mengharapkan ridha Allah, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau karena terpaksa.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an: “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162)
Jika kita berpuasa dengan harapan hanya kepada Allah, maka puasa itu menjadi lebih dari sekadar tindakan fisik. Setiap detik yang kita lewati saat berpuasa menjadi ibadah, dan setiap rasa lapar dan dahaga yang kita alami menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Oleh karena itu, harapan akan pahala dari Allah adalah motivasi terbesar dalam menjalankan puasa. Pahala yang dijanjikan ini tentu jauh lebih berharga dibandingkan dengan segala keinginan duniawi.
Baca juga: Bagaimana Skenario Harian Kita Selama Ramadhan
3. Pengampunan Dosa
Bagian akhir dari hadis ini menyebutkan bahwa orang yang berpuasa dengan penuh iman dan mengharap pahala akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu. Ini adalah janji besar dari Allah bagi setiap Muslim yang menjalankan puasa dengan hati yang ikhlas dan penuh pengharapan.
Pengampunan dosa dalam konteks puasa menunjukkan betapa besar nilai ibadah ini di sisi Allah. Puasa bukan hanya membersihkan tubuh dari makanan dan minuman, tetapi juga menyucikan hati dan jiwa dari dosa-dosa yang telah lalu. Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari)
Dengan demikian, puasa menjadi sarana bagi kita untuk membersihkan diri secara menyeluruh. Ini adalah bentuk rahmat Allah yang tidak terhingga, di mana setiap umat Islam yang berpuasa dengan iman dan harapan akan mendapatkan pengampunan, meskipun dosa-dosa mereka banyak.
4. Bagaimana Cara Memenuhi Syarat-Syarat Hadis Ini?
Untuk meraih pengampunan dosa sebagaimana dijanjikan dalam hadis ini, kita harus memenuhi dua syarat utama:
Keikhlasan dalam Berpuasa: Puasa kita harus didasarkan pada niat yang tulus untuk mencari ridha Allah, bukan karena terpaksa atau untuk tujuan selain Allah.
Harapan Pahala dari Allah: Kita harus terus berdoa dan berharap agar Allah memberikan pahala yang besar atas puasa kita, serta memohon pengampunan-Nya atas dosa-dosa yang telah lalu.
Baca juga: Pendidikan Ramadhan untuk Generasi Z
Selain itu, kita juga dianjurkan untuk menjaga kualitas puasa kita dengan melakukan ibadah tambahan selama bulan Ramadhan. Menghidupkan malam dengan ibadah tahajjud, membaca Al-Qur’an, berdoa, serta berbuat baik kepada sesama adalah cara-cara untuk memaksimalkan pahala puasa kita.
5. Menghindari Perbuatan yang Membatalkan Pahala
Sebagaimana kita ingin mendapatkan pahala yang besar, kita juga harus menjaga diri agar tidak melakukan perbuatan yang mengurangi atau membatalkan pahala puasa kita.
Menghindari perkataan buruk, perbuatan sia-sia, atau hal-hal yang dapat merusak keikhlasan kita dalam berpuasa adalah langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk menjaga kesucian puasa kita.
Semoga kita semua dapat menjalani ibadah puasa dengan penuh keikhlasan, mengharap ridha Allah, dan meraih pengampunan-Nya di bulan yang penuh berkah ini.
Penulis: Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur, Ketua Litbang DPP AMPHURI, Pembina Yayasan Masjid Subulus Salam GWA Sidoarjo, dan Akademisi Universitas Dr. Soetomo
Editor : Alim Perdana