SURABAYA – Jawa Timur (Jatim) diprediksi akan melanjutkan tren pertumbuhan ekonomi yang positif pada tahun 2025. Bank Indonesia (BI) Jawa Timur memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Jatim mencapai 4,7 hingga 5,5 persen, dengan inflasi yang terkendali di kisaran 2,5 ± 1 persen.
Proyeksi tersebut didasari oleh fundamental ekonomi yang kuat dan didukung oleh berbagai faktor pendorong.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim, Erwin Gunawan Hutapea, menyatakan optimismenya terhadap prospek ekonomi Jatim.
"Dengan memperhatikan tantangan dan peluang yang ada, kami memperkirakan prospek ekonomi Jatim akan terus membaik di tahun 2025," ujar Erwin.
Ia menambahkan bahwa sektor konsumsi rumah tangga, ekspor, dan investasi tetap menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Jatim.
Kinerja ekonomi Jatim di tahun 2024 menjadi landasan kuat bagi proyeksi ini. Pertumbuhan ekonomi mencapai 4,93 persen, didorong terutama oleh konsumsi swasta yang solid.
Faktor pendukung lainnya meliputi penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada serentak, serta peningkatan investasi yang signifikan, baik dari Proyek Strategis Nasional (PSN) maupun sektor swasta, seperti pabrik kimia dan pengolahan logam mulia di Gresik.
"Kami optimistis investasi, terutama dari investor asing, akan terus mengalir ke Jatim di tahun 2025," tambah Erwin.
Pertumbuhan sektoral juga menunjukkan kinerja yang positif. Sektor perdagangan, akomodasi, makanan dan minuman, serta konstruksi menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jatim di tahun 2024.
Keberhasilan dalam mengendalikan inflasi di angka 1,51 persen (lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, 2,92 persen, dan inflasi nasional, 1,57 persen) juga menjadi faktor kunci yang menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Pencapaian ini merupakan hasil sinergi yang baik dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam kerangka pengendalian inflasi Jatim Sigati (Sinergi Gapai Inflasi Terkendali)," jelas Erwin.
Kinerja sektor keuangan juga menunjukkan tren positif. Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jatim, Yunita Linda Sari, melaporkan pertumbuhan kredit perbankan yang solid sebesar 8,04 persen (yoy) mencapai Rp614 triliun, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 4,73 persen (yoy) menjadi Rp790 triliun.
"Stabilitas perbankan juga tercermin dari rasio NPL yang turun menjadi 2,88 persen dan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat sebesar 29,58 persen," kata Yunita.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Jatim, Dudung Rudi Hendratna, menekankan peran penting belanja APBN dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Jatim.
Belanja APBN di Jatim pada tahun 2024 tumbuh kuat, ditopang oleh peningkatan belanja Kementerian/Lembaga sebesar 13,74 persen.
"Pertumbuhan belanja ini sejalan dengan optimalisasi APBN sebagai shock absorber, antara lain melalui peningkatan konektivitas dan prasarana umum, bantuan sosial, dan Pilkada serentak," pungkas Dudung.
Editor : Alim Perdana