SURABAYA - Berita terkait perkembangan teknologi dan penerapan kecerdasan buatan (AI) dalam penyiaran radio dan industri digital semakin mendapat perhatian. Teknologi yang kian pesat ini seolah menjadi sunset bagi pelaku industri radio, terutama para jurnalisnya.
Namun, apakah kekawatiran itu bakal terjadi? Sebagaimana diketahui, industri penyiaran radio merupakan ranah dimana kreativitas dan inovasi dipertaruhkan.
Dilansir dari Jurnal Syntax Transformation, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo Surabaya, Dr. Harley Prayudha, M.Si. menyebut bahwa sebenarnya pola bisnis industri penyiaran radio sudah semestinya beradaptasi dengan hadirnya Kecerdasan Buatan (AI) agar mampu memunculkan beragam ide dengan cepat, memfasilitasi proses desain, dan menginspirasi kreativitas manusia.
"Penerapan AI dalam penyiaran radio membawa banyak manfaat, seperti peningkatan kualitas suara, aksesibilitas global, kontrol periklanan, dan pemanfaatan data untuk meningkatkan interaksi dengan audiens," tulis Harley dalam jurnal berjudul 'Artificial Intelligent Opportunities for Creativity and Innovation of Future Radio Translators'.
Dalam penelitiannya, pakar radio yang tengah Associate Professor ini menggali pengetahuan faktual yang mengungkapkan aspek-aspek krusial yang muncul dalam Kecerdasan Buatan (AI). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi literatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa AI dapat memberikan kontribusi dalam pembuatan konten, analisis preferensi pendengar, dan optimalisasi jadwal siaran.
Teknologi AI juga digunakan dalam berbagai bidang, seperti pembelajaran mesin, pemrosesan bahasa alami, dan komputasi kognitif, untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas layanan.
Dalam konteks manajemen organisasi, integrasi algoritme AI memerlukan studi yang dilakukan oleh manusia untuk memahami reaksi terhadap kontrol robot, yang dapat menciptakan prosedur yang lebih sederhana dan perbaikan berkelanjutan.
Selain itu, kecerdasan buatan juga dapat digunakan untuk menganalisis pola data besar, menciptakan konsep baru, dan memberikan wawasan mengenai permintaan konsumen dan tren industri dalam penyiaran radio.
Namun, meskipun potensi besar AI dalam transformasi bisnis, kekhawatiran mengenai etika, privasi, dan ketenagakerjaan tetap menjadi perhatian.
"Untuk itu penyiaran radio perlu mengadopsi inovasi AI dengan bijak dan memastikan pelatihan dan pengetahuan yang cukup tersedia bagi staf," tegas Harley.
Di sisi lain, integrasi AI dalam program radio juga membutuhkan keahlian dalam teknologi informasi, analisis data, dan pengetahuan industri radio. Pelatihan dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia radio menjadi kunci untuk menghadapi perubahan teknologi yang cepat.
Dengan penerapan AI dan teknologi digital yang tepat, penyiaran radio dapat terus relevan dan menarik bagi audiens modern, serta membuka peluang baru dalam produksi dan distribusi konten audio
"Perlu dicatat bahwa AI tidak bertujuan menggantikan kebijaksanaan dan kreativitas manusia, melainkan berfungsi sebagai alat bantu untuk meningkatkan dan melengkapi kemampuan manusia. Hal ini memungkinkan pembuatan konten dan penyiaran menjadi lebih efisien dan sukses," tandasnya.
Editor : Alim Perdana