Hari Jum'at memiliki posisi istimewa dalam Islam, disebut sebagai“Sayyidul ayyam" atau penghulu segala hari. Pada hari ini Nabi Adam diciptakan dan kelak kiamat pun terjadi. Namun, banyak umat Islam kini memperlakukannya seperti hari biasa, tanpa memahami keutamaannya.
Masjid sering baru penuh jelang khutbah, dan amalan sunnah seperti membaca Surah Al-Kahfi atau memperbanyak salawat mulai diabaikan. Hari Jum'at kehilangan ruh spiritualnya, tergeser oleh kesibukan dunia.
Baca juga: Refleksi: Mari Kita Jadikan Dzulhijjah Momentum Untuk Menghidupkan Spirit Kolektif Umat
Padahal, Jum'at adalah hari raya mingguan. Umat diajarkan menyambutnya dengan mandi sunnah, pakaian terbaik, dan datang awal ke masjid layaknya menyambut Idul Fitri. Namun semangat itu mulai luntur.
Baca juga: Mengapa Masih Suka Menangkapi Mahasiswa?
Perlu peran media, sekolah, dan masyarakat untuk menghidupkan kembali nilai-nilai hari Jum'at. Edukasi dan kampanye kebaikan bisa menjadikan Jum'at kembali bermakna.
Menghidupkan hari Jum'at adalah bagian dari menjaga identitas keislaman kita. Jika kita menjaga hari Jum'at, insya Allah, Allah akan menjaga hari-hari kita lainnya.
Baca juga: Politik Akal Sehat dan Akuntabilitas dalam Tata Kelola Pemerintahan Indonesia
Penulis : Ustadz Nafi Unnas - Da'i Muda Surabaya
Editor : Amal Jaelani