Mengenal Sekilas Tentang Sapta Darma Sebuah Aliran kebathinan dan Keyakinan Asal Jawa Timur

ayojatim.com
Simbol dan Logo Aliran kebathinan Sapta Darma. Foto/Ayojatim

SURABAYA - Sapta Darma sebuah aliran kerohanian dan keyakinan kebathinan yang lahir dari Jawa Tiimur, tepatnya di Pare Kediri. Sapta Darma merupakan salah satu Penghayat Kepercayaan Tuhan Hyang Maha Esa, yang lahir setelah bangsa memproklamirkan kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Dalam keyakinan Sapta Darma meyakini bahwa, manusia juga dianggap sebagai makhluk tertinggi di atas hewan dan tumbuhan. Sapta Darma juga meyakini bahwa dalam tubuh manusia terdapat radar yang apabila dilatih dengan baik akan dapat memberikan kewaspadaan dalam menjalani hidup.

Baca juga: Hari-Hari Agung di Bulan Dzulhijjah itu Sudah Kita Lalui, Selanjutnya Bagaimana?

Dan pokok pada kerohanian Sapta Darma adalah bertujuan untuk kebahagiaan pengikut-pengikutnya, dan untuk membentuk pribadi manusia yang asli berdasarkan keluhuran budi dan menjadikan penganutnya memiliki sikap kesatria utama. Ajaran ini memiliki sebuah visi yang disebut “Mangayu Hayuning Bawono” yang bemakna, Menjaga keindahan, keselarasan, kedamaian diatas dunia.

Aliran Keyakinan Sapta Darma memiliki beberapa ritual yang menjadi pedoman. Diantaranya, RACUT Sebuah ritual yang dilakukan ssebgai sebuah ibadah Hyang Maha Suci (roh manusia) menghadap Allah Hyang Maha Kuasa terlepas dari raganya sebagai bekal perjalanan roh setelah kematian. Dan juga ritual HENING adalah ritual semadi dengan memasrahkan diri kepada Sang Pencipta. Adapun OLAH RASA adalah proses relaksasi untuk mendapatkan kesegaran jasmani setelah bekerja keras atau olahraga.

PENDIRI SAPTA DARMA

Penerima ajaran Sapta Darma adalah Hardjosapoero yang lahir di Desa Semanding, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, pada tahun 1910, dan wafat pada tanggal 16 Desember 1964.

Hardjosapoero sehari-hari bekerja sebagai tukang cukur. Hardjosapoero melalui kontemplasi dan perenungan pribadi secara spiritual menerima wahyu pertama mengenai ajaran aliran kerohanian ini pada tanggal 27 Desember 1952.

Dalam kerangka ritual, Hardjosapoero dalam Sapta Darma, menggunakan Metode "Racut", sebuah praktik spiritual yang bertujuan untuk menyatukan diri dengan Tuhan, di mana penganutnya meyakini bahwa melalui metode ini mereka dapat menyaksikan dan berhadapan langsung dengan Tuhan. Dan, bagi para pengikutnya, Metode "Racut" merupakan bagian dari ajaran tasawuf Jawa. Ia bergelar Bapa Panuntun Agung Sri Gutama.

KONSEP KEYAKINAN SAPTA DARMA

Ada beberapa pokok ajaran dan ritual dalam keyakinan Sapta Darma. Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Sujud, Wewarah Tujuh, dan Sesanti.

Ketuhanan

Tuhan dalam ajaran Sapta Darma disebut Allah Hyang Maha Kuasa, yaitu Zat yang mutlak, bebas dari segala hubungan sebab akibat dan sumber dari alam semesta beserta isinya. Allah Hyang Maha Kuasa memiliki lima sifat luhur yang disebut Pancasila Allah, yaitu Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha Wasesa, dan Maha Langgeng.

Kemanusiaan

Dalam ajaran Sapta Darma, manusia dianggap sebagai gabungan dari roh dan materi. Roh manusia berupa sinar cahaya Allah sehingga manusia dapat berhubungan dengan-Nya, sedangkan materi berupa tubuh manusia. Gabungan roh dan materi ini dihasilkan melalui perantara orang tua, ayah dan ibu. Manusia juga dianggap sebagai makhluk tertinggi di atas hewan dan tumbuhan sehingga menurut aliran ini, di dalam tubuh manusia terdapat radar yang apabila dilatih dengan baik akan dapat memberikan kewaspadaan dalam menjalani hidup.

Sujud

Sujud adalah ritual ibadah penganut Sapta Darma. Ritual ini dilakukan sehari sekali, selebihnya dianggap sebagai keutamaan, baik secara individu maupun secara bersama-sama di sanggar.

Wewarah Tujuh

Wewarah Tujuh yang berarti 'tujuh petuah' merupakan pedoman hidup yang harus dijalankan oleh setiap penganut Sapta Darma. Secara umum, isi Wewarah Tujuh adalah sebagai berikut.

  • Setia dan tawakal kepada Pancasila Allah, yaitu bahwa Tuhan menpunyai lima sifat luhur yang mutlak.
  • Bersedia menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negaranya.
  • Turut serta membela nusa dan bangsa.
  • Menolong siapa saja tanpa pamrih.
  • Berani hidup berdasarkan kekuatan dan kepercayaan diri sendiri.
  • Bersikap susila dan berbudi pekerti dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
  • Meyakini bahwa dunia tidak abadi dan selalu berubah.

Sesanti

Sesanti atau semboyan penganut Sapta Darma dalam bahasa Jawa berbunyi "Ing ngendi bae, marang sapa bae, warga Sapta Darma kudu suminar pindha baskara” yang bermakna bahwa  "Di mana saja, kepada siapa saja, warga Sapta Darma harus senantiasa bersinar laksana surya”.

Baca juga: Saatnya Menyambut 10 Hari Terbaik, 10 Hari di Awal Dzulhijjah

Sesanti ini bermakna bahwa setiap warga Sapta Darma berkewajiban untuk selalu siap membantu siapa saja yang memerlukan bantuan.

RITUAL IBADAH SAPTA DARMA

Bagi para penganut aliran kerohanian Sapta Darma menganggap segala sesuatu yang dilakukannya sebagai ibadah. Akan tetapi, ibadah utama yang wajib dilakukan adalah sujud, racut, ening, dan olah rasa.

Sujud menjadi bagian penting dari praktik spiritual dalam aliran kerohanian Sapta Dharma yang dilakukan dengan menghadap ke arah timur, dengan doa-doa yang dibaca.Sujud ini dilakukan minimal sekali sehari oleh penganut Sapta Dharma. Sujud dalam Sapta Darma tidak hanya sekedar gerakan fisik, tetapi juga merupakan bentuk meditasi dan kontemplasi untuk mencapai kesadaran diri dan keselarasan dengan Tuhan.

Beberapa langkah-langkah wajib dilakukan ritual sujud dalam Sapta Darma.

Menentukan Arah

Aliran kerohanian Sapta Darma menghadap ke arah timur. Karena hal tersebut diyakini sebagai simbol arah cahaya dan kebangkitan, juga sebagai pengingat titik lahir dan harapan.

Bersila

Dalam ritual aliran kerohanian Sapta Darma, ada perbedaan bagi pria dan wanita. Bagi pria bersila, sedangkan wanita duduk dengan posisi timpuh (salah satu kaki ditekuk di depan, kaki lainnya di samping).

Posisi Tangan

Baca juga: Inspirasi di Penghujung Syawal

Tangan saat ritual aliran kerohanian Sapta Darma dalam posisi "sedekep" (dirapatkan di dada), mirip dengan posisi ssedekap saat ritual sholat dalam agama Islam.

Sujud

Melakukan sujud dengan menempelkan dahi ke lantai atau alas. ritual sujud juga teriri dari tiga proses sujud. Yaitu, Sujud pertama, dilakukan untuk Yang Maha Suci Yang Maha Kuasa. Sujud kedua, merupakan sebuah ritual untuk Yang Maha Suci Nyuwun Sepuro Yang Maha Kuasa" (meminta maaf). Dan, Sujud ketiga: "Yang Maha Suci Mertobat Yang Maha Kuasa" (bertaubat).

Selanjutnya mereka akan menenangkan Diri, dan tetap tenang dan fokus pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah itu mereka akan melakukan pengulangan.

Sujud dilakukan minimal sekali sehari, tetapi bisa juga dilakukan lebih dari itu, terutama pada waktu-waktu tertentu seperti dini hari. 

TEMPAT IBADAH SAPTA DARMA

Untuk tempat ibadah, Sapta Darma tidak memiliki tempat ibadah khusus, namun mereka memiliki sebuah tempat bernama Sanggar, yang bisa disebut sebagai tempat ibadah penganut Sapta Darma. Tempat ini dipimpin oleh seorang tuntunan dengan tanggung jawab membina kerohanian para penganut di sanggar tersebut.

Ada dua jenis sanggar, yaitu Sanggar Candi Sapta Rengga yang merupakan pusat kegiatan kerohanian Sapta Darma di Yogyakarta. Dan, Sanggar Candi Busana, yang merupakan sanggar yang tersebar di daerah. Adapun sanggar tempat kelahiran aliran kerohanian ini di Pare, Kediri, disebut sebagai Sanggar Agung Candi Busana.

Aliran kerohanian dan keyakinan kebathinan juga identik dengan warna putih sebagai identitas. Hal tersebut sebagai simbol kemurnian dan kesucian. Dan , yang menarik dalam aliran Sapta Darma tidak dibenarkan melarang ataupun mengajak orang lain untuk masuk ke dalamnya. Kecuali atas keinginan sendiri.

Sepeninggal Hardjosapoero yang bergelar Bapa Panuntun Agung Sri Gutama, pucuk pimpinan aliran kerohanian ini diserahkan kepada Soewartini Martodihardjo yang bergelar Ibu Tuntunan Agung Sri Pawenang hingga wafatnya pada tanggal 24 Mei 1996.

Editor : Amal Jaelani

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru