Cegah Terulangnya Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya, Ini Rekomendasi Pakar ITS

ayojatim.com
Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS Dr Ing Ir Setyo Nugroho yang juga pakar transportasi laut. Foto/Humas ITS

SURABAYA – Tenggelamnya Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu (2/7) malam menjadi sorotan tajam.

Menanggapi insiden tersebut, Dr. Ing. Ir. Setyo Nugroho, pakar transportasi laut dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menegaskan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap keselamatan pelayaran di Indonesia.

Dosen yang akrab disapa Yoyok ini mengungkapkan bahwa kecelakaan kapal feri seringkali disebabkan oleh faktor manusia dan alam yang saling berkaitan.

Baca juga: Update Terkini, Pencarian Korban KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali

"Hampir 90 persen kecelakaan kapal disebabkan oleh kelalaian manusia," tegas Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS ini.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kurangnya perawatan mesin dan perhitungan stabilitas muatan yang tidak tepat merupakan faktor utama penyebab kecelakaan akibat kelalaian manusia.

"80 persen dari kelalaian manusia itu terjadi karena kesalahan dalam penanganan muatan," tambahnya.

Selain faktor manusia, Yoyok juga menyoroti peran cuaca ekstrem yang tak bisa diabaikan. "Cuaca yang tidak stabil menyebabkan gelombang tinggi yang membahayakan kapal," ujarnya.

Baca juga: KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam: 19 Korban Ditemukan, Pencarian Masih Berlanjut

Ia menilai, kecelakaan KMP Tunu Pratama Jaya kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi faktor buruknya cuaca, prosedur pengoperasian yang salah, dan kondisi mesin yang kurang terawat.

"Ini menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap keselamatan pelayaran di Indonesia," imbuhnya.

Sebagai solusi, Yoyok menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional pelayaran, mulai dari prosedur pemuatan dan perawatan kapal hingga pengelolaan navigasi.

Baca juga: Empat Penumpang KMP Tunu Pratama Jaya Ditemukan Selamat di Selat Bali

Sistem manajemen muatan juga perlu diperbaiki agar setiap kapal memuat sesuai kapasitas dan stabilitasnya terhitung akurat.

Ia turut mencontohkan aplikasi iStow yang ia kembangkan untuk mencegah kecelakaan akibat kesalahan penataan muatan. Aplikasi ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 9 (infrastruktur, industri, dan inovasi) dan 14 (ekosistem laut).

"Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam memberikan solusi untuk meningkatkan sistem transportasi laut di Indonesia," kata Yoyok. Ia berharap perguruan tinggi dapat berkontribusi lebih luas untuk meningkatkan keamanan laut global.

Editor : Alim Perdana

Wisata dan Kuliner
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru