DALAM kehidupan berdemokrasi yang semakin berkembang, kritik terhadap pemerintah adalah bagian dari hak dan kewajiban warga negara. Kritik itu penting, tetapi tidak boleh sembarangan. Media massa menjadi ruang utama untuk menyampaikan kritik, karena dampaknya yang luas dan jangkauan yang tak terbatas.
Lalu, bagaimana seorang cendekiawan Muslim harus mengkritik pemerintah di media massa? Apa batasan dan pedoman yang harus dipegang agar kritik tersebut tetap sesuai dengan ajaran Islam?
Baca juga: AI dalam Dunia Medis, Kolaborasi atau Kompetisi?
Kritik adalah Tanggung Jawab Sosial, Bukan Hanya Kewajiban
Bagi seorang Muslim, mengkritik pemerintah bukanlah sekadar kebiasaan atau kewajiban sosial, melainkan bagian dari tanggung jawab agama. Ini bukan hanya soal berani menyuarakan pendapat, tetapi tentang menegakkan keadilan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya sebaik-baik jihad adalah mengatakan kalimat yang benar di hadapan penguasa yang zhalim." (HR. Muslim)
Hadis ini jelas menyampaikan bahwa kritik terhadap penguasa yang tidak adil adalah bentuk jihad yang mulia. Jadi jihad bukan hanya soal berperang, bukan hanya soal fisik. Jihad di sini juga berarti berjuang dengan kata-kata yang benar, dengan kritik yang membawa perbaikan.
Membangun, Bukan Meruntuhkan
Kritik yang baik adalah kritik yang tulus, yang bertujuan untuk memperbaiki, bukan untuk menjatuhkan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman: "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka." (QS. Al-Isra' [17]: 53)
Kritik yang disampaikan haruslah dengan niat yang baik, dengan tujuan untuk membangun, bukan untuk merusak. Dalam dunia yang serba terbuka ini, di mana media massa menjadi panggung utama untuk setiap pernyataan, kita harus sadar bahwa kritik yang tidak konstruktif hanya akan memperburuk keadaan.
Kritik harus dihadirkan untuk mencerahkan, untuk memberikan solusi, dan agar masyarakat bisa mendapatkan manfaat dari kebijakan yang dijalankan.
Mengkritik tanpa solusi, hanya untuk melampiaskan kekecewaan, hanya akan memperburuk masalah. Namun, kritik yang disertai dengan saran dan harapan akan menjadi cermin yang bisa memperbaiki kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan kepentingan rakyat.
Tidak Emosional, Tidak Berlebihan
Islam sangat menekankan pentingnya adab dalam setiap tindakan. Kritik yang baik adalah kritik yang disampaikan dengan cara yang sopan, tidak emosional, dan tidak berlebihan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: "Serulah (mereka) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik." (QS. An-Nahl [16]: 125)
Kritik di media massa tidak boleh mengarah pada penghinaan atau pelecehan terhadap penguasa atau lembaga pemerintahan. Kritik bukan untuk menurunkan martabat, tetapi untuk menuntun ke arah yang lebih baik. Maka, dalam menyampaikan kritik, kita harus memastikan bahwa perkataan kita tidak berujung pada fitnah atau perpecahan.
Baca juga: Menghapus Wisuda Lulusan SMA dan SMK, Menyederhanakan Kebahagiaan
Penting untuk menjaga nada dan bahasa kita. Dalam ruang publik seperti media massa, kata-kata kita harus mencerminkan kesantunan dan niat yang baik. Sebab, meskipun kita memiliki hak untuk berbicara, kita juga bertanggung jawab terhadap efek yang ditimbulkan oleh kata-kata tersebut.
Menghindari Fitnah dan Hoaks
Dalam dunia informasi yang serba cepat seperti sekarang ini, kita sering kali menemui hoaks atau informasi yang belum jelas kebenarannya. Dalam hal mengkritik pemerintah, sangat penting bagi seorang cendekiawan Muslim untuk selalu memastikan bahwa data yang digunakan adalah fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.
Al-Qur'an mengingatkan kita dalam Surah Al-Isra’: "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra’ [17]: 36)
Menyebarkan informasi yang tidak benar, atau bahkan berbohong dalam bentuk kritik, bukan hanya merusak citra pihak yang dikritik, tetapi juga menciptakan kerusakan sosial. Media massa sebagai saluran informasi harus bisa memfilter informasi yang tersebar agar tidak ada yang merugikan kebenaran.
Oleh karena itu, dalam mengkritik pemerintah melalui media massa, pastikan bahwa semua yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jangan sampai kita ikut terjerumus dalam penyebaran informasi palsu yang bisa memecah belah masyarakat.
Kolaborasi, Bukan Konflik
Baca juga: Pelajaran dan Inspirasi dari Surah Yusuf, Sinau Menghadapi Tantangan Zaman di Momen Ramadhan
Islam sangat mendorong umatnya untuk berpartisipasi dalam dialog yang produktif dan konstruktif. Dalam menghadapi kebijakan yang tidak sesuai, kritik tidak hanya sebatas melawan atau menentang, tetapi lebih kepada mencari solusi. Allah berfirman dalam Surah Ali Imran:
"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah yang telah diberikan-Nya kepadamu, ketika kamu (sebelumnya) bermusuhan, lalu Allah menyatukan hati kamu, sehingga dengan ni’mat-Nya kamu jadi bersaudara." (QS. Ali Imran [3]: 103)
Dialog yang terbuka antara masyarakat dan penguasa sangat dibutuhkan agar kebijakan yang diambil lebih berpihak pada rakyat. Kritik yang disampaikan tidak hanya sekadar menentang kebijakan, tetapi lebih penting adalah menawarkan solusi dan mendorong terjadinya perubahan positif.
Media massa, dengan jangkauannya yang luas, bisa menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat dalam membangun komunikasi yang lebih baik.
Penulis: Ulul Albab
Akademisi Universitas Dr. Soetomo
Ketua ICMI Jawa Timur
Editor : Alim Perdana