JAKARTA bukan cuman pusat ekonomi, tapi juga pusat nostalgia bagi para alumni PMII. Mereka yang dulu rajin demo, rajin ngaji dan rebutan mik saat diskusi, kini telah berubah.
Ada yang jadi pejabat, pengusaha, dosen, ulama, politisi bahkan ada yang jadi "pakar repost story motivasi"-semua tergabung dalam satu keluarga besar bernama IKA PMII Jakarta.
Baca juga: Manggarai Bershalawat: Dari Tawuran ke Harmoni
Tapi jangan salah, dibalik kehangatan dan kebersamaan itu..... ada juga PR yang bikin geleng-geleng kepala.
Kalau dulu waktu masih jadi kader, mereka turun ke jalan bawa toa. Sekarang setelah jadi alumni, mereka lebih suka turun ke hotel bintang empat bawa map proposal. Sekali- kali boleh lah. Tapi jangan sampai idealisme ikut di cetak dalam brosur sponsor.
Kadang kita rindu alumni yang tidak hanya sibuk di meja pertemuan, tapi juga hadir di tengah-tengah komisariat, bantu adik-adik kader yang sedang bingung: "LPJ itu dituliskan pake huruf kapital semua ngak, kak?"
Group IKA PMII Jakarta rame, kadang seru, penuh diskusi. Tapi seringnya diskusi di awal rame, ujungnya sepi kayak musholla di jam 10 pagi.
Yang aktif kadang itu-itu aja, lainnya jadi silent reader, kadang muncul kalau ada undangan halal bihalal atau berita "sahabat kita baru dilantik jadi komisaris BUMN".
IKA PMII Jakarta sering mengangkat tema-tema besar: pembangunan berkelanjutan, demokrasi dan Islam toleran. Tapi dibalik seminar dan diskusi itu, ada pertanyaan kecil:"sudahkah IKA benar- benar mendengar suara kader muda dan suara akar rumput?"
Jangan sampai IKA PMII terjebak jadi klub eksekutif yang sibuk selfie bareng menteri, tapi lupa dengan kader kader komisariat.
IKA PMII Jakarta punya potensi luar biasa. Jaringan luas, SDM mumpuni, dan sejarah yang panjang. Tapi kadang terjebak dalam euforia "reuni elite"- banyak senyum, jabat tangan, tapi sedikit konkret bagi regenerasi dan penguatan kaderisasi.
IKA PMII Jakarta itu seperti keluarga besar yang sedang mencari bentuk terbaiknya. Semoga bukan hanya sekumpulan para alumni sukses, tapi menjadi rumah pulang bagi perjuangan yang terus berjalan.
Dan ingat, menjadi alumni bukan berarti pensiun berfikir. Justru di sanalah kita diuji: apakah semangat Dzikir, Fikir, dan Amal Shaleh masih hidup.....atau hanya tinggal dalam slogan
Salam Pergerakan
A. Djunaidi Sahal, Pegiat PMII Jakarta
Editor : Diday Rosadi